Puisi HM. Nasruddin Anshoriy Ch
PAHLAWAN
Pagi ini kubaca kembali sidik jari bangsaku.
Sejarah memang tak pernah suci dari sampah, karena itulah jejak pahlawan atau jejak pecundang hanya setipis benci dan rindu.
Kunyanyikan lagu Indonesia Raya dengan suara parau.
Kusematkan burung Garuda di dada dengan jiwa yang risau.
Kenapa merah-putih harus dikibarkan dengan pamrih dan rasa perih?
Membaca masa depan Indonesia aku seperti kehilangan bola mata. Jejak pahlawan hanya menyisakan butiran debu. Sedangkan jejak pecundang seperti batu granit setajam sembilu.
Hari ini daulat negeriku sedang dihantam badai dusta dan berita hoax yang tiada menentu.
Pagi ini aku rindu mendengarkan lagu Nyiur Melambai, atau syair cinta Sepasang Mata Bola.
Tapi yang berbisik di telingaku hanya Bandung Lautan Api, dan di atas Jembatan Merah aku tak sanggup untuk tengadah.
Pahlawan, ulurkan tanganmu agar jiwa-jiwa nestapa kembali bangkit di negeri ini, sebab esok atau lusa barangkali hanya tinggal sebuah nisan bernama Indonesia.
PULANG DARI KEPATIHAN
Pulang dari Kepatihan, kutemukan jejak kakiku yang hilang. Musafir atau penyair, rindu tetaplah rindu.
Seperti tasbih yang melingkari hati, aku hanya bisa mengheningkan cipta agar tak tumbuh dalam otakku pohon benalu.
Sejarah telah mengantarkan ziarahku ke masa lalu, bertemu kakek tua bernama Pangeran Mangkubumi yang memberikan kendi untuk melepaskan dahaga di dalam diri.
Entah kenapa, tempat ini selalu menggoda untuk bermimpi. Menjadi jiwa sejati memang butuh ribuan kendali.
Aku dan kau, sejatinya telah lama berdarah biru, bahkan sebelum langit dan laut bernama rindu.
Kepatihan adalah rumah masa lalu, tapi hadir di saat ini untuk mengantarkan masa depanku.
Kutenun puisi sutera agar tak ada yang terluka saat membacanya. Kurangkai lagu dan nada dalam tarian kemesraan di lubuk kalbu, saat gerimis mengisahkan indahnya cahaya pada lembut hatimu.
Pulang dari Kepatihan kutemukan darahku yang dulu, merah atau biru akan terbukti pada rekam jejakku.
*HM. Nasruddin Anshoriy Ch atau biasa dipanggil Gus Nas mulai menulis puisi sejak masih SMP pada tahun 1979. Tahun 1983, puisinya yang mengritik Orde Baru sempat membuat heboh Indonesia dan melibatkan Emha Ainun Nadjib, HB. Jassin, Mochtar Lubis, WS. Rendra dan Sapardi Djoko Damono menulis komentarnya di berbagai koran nasional. Tahun 1984 mendirikan Lingkaran Sastra Pesantren dan Teater Sakral di Pesantren Tebuireng, Jombang. Pada tahun itu pula tulisannya berupa puisi, esai dan kolom mulai menghiasi halaman berbagai koran dan majalah nasional, seperti Horison, Prisma, Kompas, Sinar Harapan dll.
Tahun 1987 menjadi Pembicara di Forum Puisi Indonesia di TIM dan Pembicara di Third’s South East Asian Writers Conference di National University of Singapore. Tahun 1991 puisinya berjudul Midnight Man terpilih sebagai puisi terbaik dalam New Voice of Asia dan dimuat di Majalah Solidarity, Philippines. Tahun 1995 meraih penghargaan sebagai penulis puisi terbaik versi pemirsa dalam rangka 50 Tahun Indonesia Merdeka yang diselenggarakan oleh ANTV dan Harian Republika.
Menulis sejumlah buku, antara lain berjudul Berjuang Dari Pinggir (LP3ES Jakarta), Kearifan Lingkungan Budaya Jawa (Obor Indonesia), Strategi Kebudayaan (Unibraw Press Malang), Bangsa Gagal (LKiS). Pernah menjadi peneliti sosial-budaya di LP3ES, P3M, dan peneliti lepas di LIPI. Menjadi konsultan manajemen. Menjadi Produser sejumlah film bersama Deddy Mizwar.
Sejak tahun 2004 memilih tinggal di puncak gunung yang dikepung oleh hutan jati di kawasan Pegunungan Sewu di Selatan makam Raja-Raja Jawa di Imogiri sebagai Pengasuh Pesan Trend Budaya Ilmu Giri. Tahun 2008 menggagas dan mendeklarasikan berdirinya Desa Kebangsaan di kawasan Pegunungan Sewu bersama sejumlah tokoh nasional. Tahun 2013 menjadi Pembicara Kunci pada World Culture Forum yang diselenggarakan Kemendikbud dan UNESCO di Bali.
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resinsi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected].