NUSANTARANEWS.CO – Nusantara Miliki Sapi Lokal Lebih Unggul Dari Australia. Sapi-sapi lokal di seluruh persada Nusantara ternyata sebagian ditemukan lebih unggul dari sapi Australia. Kendati demikian, sampai sekarang swasembada daging sapi masih belum terwujud. Logikanya, jika sapi-sapi lokal dengan kualitas tinggi diberdayakan dengan baik, orang Nusantara walaupun tidak memiliki tradisi makan daging, dapat menikmati daging suatu waktu dengan tanpa melakukan impor.
(Baca juga : 3.000 Ton Daging Sapi Impor Bersiap Masuk Pasar Indonesia)
Beberapa faktor yang menjadi kendala belum terwujudnya swasembada, lantaran masih sangat sedikit perusahan peternakan yang mau berupaya melakukan pembibitan atau breeding. Meski ada yang sudah melakukan breeding, lebih banyak dilakukan oleh peternak secara tradisional.
Dengan pembibitan tradisional, para peternak rakyat belum terpikir untuk membuat data-data genetik pada sapi lokal yang diternak atau dipelihara. Akibatnya, mereka pun pada akhirnya merasa kesulitan dalam menghasilkan bibit sapi yang unggul.
Itulah dua penyebab yang menjadi “PR” perusahan peternakan dan para peternak tradisional secara khusus, sebagaimana diungkapkan Karnadi Winaga, Direktur Utama PT Karya Anugerah Rumpin (KAR), salah satu perusahaan penggemukan (feedloter) yang juga telah lama merintis bisnis breeding sapi di Indonesia.
“Karena banyak sekali sapi lokal di seluruh Indonesia nggak mempunyai data (genetik). Pencatatan data ini hanya bisa dilakukan di perusahaan, kalau peternak susah buat mencatatnya,” kata Karnadi di peternakannya, Rumpin, Bogor, Selasa (21/6/2016) seperti dikutip detik.
Tanpa adanya data dan minimnya pengetahun peternak tradisional, dengan jalan pintas mereka mengawinkan sapi yang masih sedarah. Sehingga tidak menghasilkan kualitas anakan yang unggul. Bahkan mereka yang mencoba melakukan pembibitan tidak jarang melahirkan anakan yang cacat padahal berasal dari indukan unggul.
“Tidak ada data-data itu sebabkan sapi lokal akhirnya inbreeding atau kawin sedarah. Kalau kita karena tahu, kita bisa kawinkan dengan yang darahnya berbeda, artinya di situ kita tahu keunggulan-keunggulan yang kita mau kawinkan, jadi hasilnya makin baik. Kalau kita nggak punya data induknya siapa, asalnya darimana-mana, susah. Makanya banyak sapi di daerah inbreeding, kalau sudah inbreeding sapi yang sifat negatif-negatif keluar, sapinya cebol, pencernaannya terganggu, makannya sedikit,” terang Karnadi.
“Sapi banyak yang lebih unggul dari Australia sebenarnya. Kalau di peternak banyak yang nggak bisa tahan sapi 5 tahun, 1 atau 2 tahun dia untung sudah dijual. Setelah dijual sapinya kemana? Nggak tercatat, data itu nggak pernah ketemu. Makanya kita kerja sama dengan LIPI. Kita catat data genetiknya, kemudian mereka kembangkan dengan kawin persilangan. Tugas pemerintah ini,” pungkasnya.
Apa yang Karnadi sampaikan, seharusnya dijadikan peringatan sekaligus pelajaran buat pemerintah untuk melakukan pencerahan terhadap peternak lokal. (Sel)
Baca Juga:
Kemendag Obral Impor Daging Sapi
Resep Cokelat Berbahan Daging Sapi
Tomy Winata Bisa Jual Harga Daging Sapi Rp 75.000,-