NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Memperingati hari Kartini merupakan salah satu cara mengenang perjuangan dan kebangkitan perempuan dalam konteks budaya patriarki, khususnya di banyak daerah di Jawa dan Indonesia pada umumnya. Dengan beragam cara para pecinta dan pengagum Kartini melakukan sesuatu untuk mengenang sekaligus menerapkan ide-ide dan pemikiran Kartini di dalam kehidupan.
Wakil Sekertaris DPD Gerindra Jawa Barat, Hj. Eni Rachman misalnya, dia memiliki cara tersendiri untuk untuk mengenang sosok pahlawan wanita Indonesia R.A. Kartini. Di hari kelahiran Kartini ini, Eni Rachman menulis sebuah catatan reflektif atau semacam napak tilas perjalanan bangsa Indonesia dari masa ke masa.
Berikut ini Napak Tilas Perjuangan R.A Kartini yang ditulis Eni Rachman:
Kita sebagai generasi muda sekarang mengetahui dari rangkaian sejarah bangsa Indonesia. Bangsa kita pernah dijajah oleh bangsa Asing. Yaitu bangsa Potugis, spanyol, Inggris, Belanda sampai bangsa Jepang. Mereka-mereka inilah yang pernah menjajah bangsa kita yang paling lama adalah bangsa Belanda, sampai 350 (masih dalam perdebatan, red) tahun lamanya.
Saudara saudaraku! Memang tanah air kita yang tercinta ini dari dahulu sampai sekarang selalu menjadi incaran bangsa lain. Karena tanah air kita dikaruniai kekayaan Alam yang berlimpah dan tiada duanya di muka bumi ini. Keindahan alamnya pun mempunyai panorama yang indah. Sehingga bangsa lain terpesona. Letaknya yang strategis, membuat Indonesia menjadi incaran dan perhatian Internasional. Tiada heran bila setiap bangsa yang telah mengenalnya selalu ingin menguasainya.
Kita kembali pada masa penjajahan Belanda. Dijajah berarti dikuasai oleh bangsa lain. Pada masa inilah penderitaan bangsa kita selama tiga setengah abad lamanya. Kita bisa membayangkan bagaimana nenek moyang kita diperas tenaga dan hartanya untuk kepentingan penjajah. Tidak sampai di sana, mereka berusaha untuk membodohkan bangsa kita. Pendidikan untuk bangsa kita pada waktu itu sangat tertutup, hanya segelintir orang tertentu yang boleh meneruskan ke sekolah, yaitu anak-anak pejabat negara. Mereka sengaja demikian karena bila bangsa kita banyak yang mengerti, tentu akan berontak pada penjajah.
Karena wanita pada saat itu tidak seperti keadaan sekarang ini, wanita Indonesia pada masa penjajahan tidak boleh menuntut ilmu, tidak boleh bekerja di luar rumah. Tidak boleh menduduki jabatan dalam masyarakat. perempuan itu haruslah tunduk semata-mata, tidak boleh mempunyai kemauan. Perempuan itu hendaklah bersedia dikawinkan dengan pilihan orang tuanya. Perkawinan itulah cita-cita yang boleh diangan-angankan oleh kaum wanita. Anak gadis dididik untuk menjadi budak laki-laki.
Demikianlah saudara-saudaraku, selintas keadaan pada masa kita dijajah Belanda. Dalam keadaan yang menyedihkan inilah timbul pahlawan-pahlawan bangsa, mereka tidak rela dan tidak kuat lagi melihat keadaan bangsanya yang menderita ditindas bangsa Asing. Mereka berontak pada penjajah.
Pada tanggal 21 April 1879 di Jepara Jawa Tengah lahirlah calon pejuang kaum wanita bangsa Indonesia, yaitu R.A.Kartini, beliau berjuang tidak dengan mengangkat senjata, seperti pahlawan-pahlawan wanita lainnya misalnya Cut nyak Dien di Aceh. Kartini berjuang untuk meningkatkan hak dan derajat kaum wanita Indonesia. Ingin mengeluarkan kaum wanita Indonesia dari belenggu-belenggu tersebut di atas. Ingin memajukan bangsanya terutama kaum wanita dalam segala lapangan.
Saudara saudaraku, sebagai hasil perjuangan Kartini dapat kita lihat dan rasakan sekarang, kaum wanita Indonesia mempunyai hak yang sama dengan laki laki, pintu kemajuan terbuka lebar untuknya. Dapat kita lihat sekarang tidak sedikit wanita yang menjadi pemimpin, dokter, Insinyur, pengusaha, pejabat dsb. Alhamdulillah kita bersyukur pada Hadirat Illahi Robbi, kaum wanita khususnya telah bebas dari belenggunya.
Saudara saudaraku, sekarang kita sebagai generasi muda, generasi penerus cita-cita Kartini, negara kita telah merdeka tugas kewajiban kita sekarang adalah mengisi kemerdekaan itu dengan pembangunan. Pembangunan di segala bidang, baik pembangunan fisik maupun mental beragama. Untuk mencapai masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Inilah tugas kewajiban kita sekarang. Semoga sekarang diharapkan timbulnya sejuta Kartini-Kartini pembangunan yang mengisi kemerdekaan bangsa kita, ingat perempuan kuat negara pasti kuat, kesuksesan suatu negara tergantung pada perempuannya, sadarlah wahai kaum wanita akan kewajiban suci membina harkat kaum wanita menjadi tiang utama negara, ditelapak kakimu terbentang surga, di tanganmu lah nasib bangsa.
Selamat berjuang dan membangun!!
“Selamat Hari Kartini”.
Editor: Achmad Sulaiman