NUSANTARANEWS.CO – Mengejutkan? Ternyata tidak. Sejak awal Presiden Jokowi memang tidak menginginkan BG menjadi Kapolri, padahal tinggal dilantik saja karena sudah disetujui oleh DPR. Tapi diam-diam, Presiden telah menyiapkan Tito Karnavian menjadi sosok pengganti Jenderal Badrodin Haiti jauh-jauh hari. Keputusan presiden tersebut meski disayangkan sejumlah pihak, namun sudah terlambat karena nama Tito sudah terlanjur masuk ke DPR untuk fit and proper test.
Anjing menggonggong, kafilah berlalu. Begitulah tampaknya kafilah-kafilah istana duduk menunggu kerja Mengkopolhukam, Luhut Binsar Pandjaitan. Seperti kita ketahui bersama bahwa beberapa ekspedisi Luhut berjalan dengan baik, mulai dari Munaslub Partai Golkar yang berhasil menempatkan Novanto menjadi orang nomor satu, kemudian sukses mengelar Simposium 65 dan Seminar Anti PKI beberapa waktu lalu, sehingga telah meningkatkan kembali kepercayaan Presiden Jokowi. Dengan naiknya Novanto, semakin mengukuhkan “Trio Macan” di bumi nusantara.
Naiknya Tito menjadi Kapolri, jelas akan lebih mengamankan sepak terjang Trio Macan. Tinggal menunggu Ahok. Bila Ahok menang, maka lengkaplah “Empat Pilar” penopang imperialisme komunis China di bumi nusantara atas nama pembangunan dan investasi.
Tinggal kita tunggu saja apakah semua ini menjadi kenyataan pada 2017 mendatang. Lalu apa rencana “empat pilar” mempersiapkan kehancuran Indonesia. Lihat saja jumlah hutang Indonesia yang dalam waktu singkat, belum genap dua tahun sudah bertambah Rp 2.000 triliun lebih di tangan pemerintahan Presiden Jokowi. Dan yang unik adalah pemotongan anggaran APBN-P yang besarannya mencapai Rp 70 triliun. Ini baru pertama kali terjadi. Biasanya, yang namanya APBN-P adalah penambahan anggaran, bukan pemotongan anggaran. Jangan-jangan negara sudah bangkrut, tidak mampu lagi membayar gaji ke 13 dan 14.
Kembali ke Tito, calon Kapolri yang diusulkan oleh Presiden Jokowi. Bila naiknya Tito menjadi Kapolri berjalan mulus, maka kerja Luhut terbilang luar biasa, karena bisa menenangkan petinggi-petinggi Polri. Padahal kalau ingat kejadian di zaman Presiden Gus Dur, pembangkangan di tubuh Polri telah menjadi triger jatuhnya Gus Dur.
Nah, bila perjalanan Tito menjadi Kapolri berjalan mulus, itu merupakan tanda-tanda zaman bagi bangkitnya kekuatan Indonesia baru dibawah rejim imperialis-liberalis “empat pilar”. Kita tunggu saja tanggal mainnya. (eriec/as)