Kesehatan

MRI Menunjukkan COVID-19 Dapat Menyerang Otak

MRI Menunjukkan COVID-19
MRI Menunjukkan COVID-19 dapat menyerang otak/Foto: WebMD

NUSANTARANEWSW.CO – MRI menunjukkan COVID-19 dapat menyerang otak. Hasil MRI otak menunjukkan bahwa virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan COVID-19, dapat berdampak pada otak dan menyebabkan hilangnya penciuman, kata para dokter dari Amerika Serikat (AS) dan Italia dalam makalah Neurology JAMA yang terbaru.

Para penulis menggambarkan bahwa hasil MRI seorang ahli radiografi Italia yang berusia 25 tahun mulai mengalami gejala tersebut setelah bekerja di bangsal COVID-19. Wanita itu menderita batuk kering ringan selama sehari dan kemudian kehilangan indra penciuman dan pengecapannya.

Test pada hidung dan rontgen dadanya tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan, tulis mereka, dan dia juga tidak demam.Namun, rontgen otak menunjukkan peradangan pada struktur otak yang berfungsi untuk mendeteksi penciuman, yang berkaitan dengan indera penciuman.

Mereka kemudian melakukan tes COVID-19, dan hasilnya positif. Mereka mengesampingkan penyebab lain hilangnya penciuman, misalnya seperti infeksi virus lainnya.”Kita berasumsi bahwa SARS-CoV-2 mungkin menyerang otak melalui jalur penciuman dan menyebabkan disfungsi penciuman,” catat mereka.

Baca Juga:  Relawan Rabu Biru Untuk Indonesia dan Caleg Arfito Raih Simpati Warga Kayu Putih, Jakarta Timur

Pada MRI otak lanjutan 28 hari kemudian, kelainan telah hilang. Wanita itu kembali normal indra penciumannya. Pada saat yang sama, para dokter tidak menemukan kelainan otak pada dua pasien lain terdampak COVID-19 yang juga kehilangan indera penciuman mereka, catat mereka.

Para pasien melakukan MRI otak pada hari ke 12 dan hari ke 25 setelah gejala awal. Pada pasien COVID-19 lainnya yang berusia 25 tahun dan pada otaknya tidak terdapat gangguan jalur penciumannya – menunjukkan bahwa COVID-19 tidak selalu menyerang otak atau mungkin terbatas pada fase infeksi yang sangat awal,” tulis mereka.

Gangguan yang sementara tersebut “menenangkan”, kata Michael Zandi, seorang konsultan ahli saraf di Rumah Sakit Nasional khusus Neurologi dan Bedah Saraf di London, kepada Science Media Center, sebuah kelompok yang berbasis di Inggris yang mensosialisasikan science kepada publik.

Kantor pusat mengumpulkan tanggapan dari empat ahli ilmu saraf yang tidak terlibat dengan penelitian tersebut.“Kami tahu dari penelitian sebelumnya bahwa beberapa orang yang memiliki infeksi SARS-CoV-2 dapat mengakibatkan gejala neurologis dan kejiwaan,” kata Zandi. “Yang masih harus diteliti adalah sejauh mana gejala tersebut disebabkan oleh infeksi virus pada otak itu sendiri atau efek sekunder yang termasuk peradangan di otak yang dipicu oleh respon sistem kekebalan terhadap virus.” (WebMD/CS).

Related Posts

1 of 3,049