Rubrika

Menjadi Petani Perkotaan

Menjadi Petani Perkotaan
Menjadi Petani Perkotaan

NUSANTARANEWS.CO – Menjadi petani perkotaan merupakan tren yang terus meningkat. Menurut Organisasi Pangan dan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), hampir 58% penduduk bumi tinggal di perkotaan dan terus akan meningkat menjadi 66% pada tahun 2050.

Seiring dengan itu kebutuhan pangan pun akan meningkat. Suplai dari pedesaan untuk masyarakat perkotaan pun semakin bertambah. Namun hal tersebut tidak akan berlangsung lama. Suplai hasil pertanian, perkebunan dan perikanan dari pedesaan akan semakin sulit karena banyak lahan desa yang telah beralih fungsi menjadi kawasan pemukiman dan industri.

Berdasarkan data Bank Dunia, jumlah penduduk perkotaan di Indonesia terus meningkat hingga mencapai 52% dan terus meningkat mencapai 68% pada tahun 2025. Artinya Lahan Perkarangan Semakin Sempit, dan desa semakin Langka. Sebaliknya semakin banyak bermunculan kota metropolitan dalam dua dekade mendatang.

Menurut rilis data PBB tahun 2017, tercatat  bahwa ada sekitar 800 juta petani di areal perkotaan di seluruh dunia. Petani ini dalam bahasa inggris di sebut urban farming – karena bercocok tanam di Perkotaan.

Baca Juga:  Wabup Nunukan Buka Workshop Peningkatan Implementasi Reformasi Birokrasi dan Sistem Akuntabilitasi Instansi Pemerintah

Petani & Peternak zaman sekarang mulai bekerja di atas atap, di dalam rumah secara Indoor, dan di rumah kaca (Greenhouse),

Mereka menanam sayur-sayuran dan buah-buahan. Juga berternak ayam, kambing, domba, ikan, Bebek, dll.

Metode Teknologi yang digunakan dalam tanaman di atas adalah Hidroponik dan Aquaponik. Sistem Lain adalah memanfaatkan kotoran kolam ikan sebagai pupuk alami bagi atanaman. Sementara tanaman itu sendiri digunakan sebagai penjernih air. Namanya Sistem Teknologi RAS (Recirculating Aquaculture System) yang kotoran di Alirkan kembali ke tanaman.

Teknologi RAS perikanan ini tidak rumit, hanya menggunakan pompa khusus RAS yg sekaligus bertindak sebagai pemutar air dan penghasil oksigen.

Untuk kotoran ternak, dimasukkan ke dalam mesin homebiogas yang mengubah kotoran menjadi listrik, gas dan kompos. Sehingga kotoran ternak tidak berbau dan menimbulkan polusi.

PBB juga merilis bahwa 15% pangan di dunia ternyata di hasilkan oleh petani Perkotaan (Urban Farming).

Tren ini akan terus meningkat dan memberi berkontribusi penting bagi kebutuhan pangan di masa mendatang. (Aya)

Related Posts

1 of 3,049