Berita UtamaInspirasi

Menghadapi Revolusi Teknologi Dengan Pancasila

NUSANTARANEWS.CO – Mantan Gubernur Lemhanas, Wakasad dan Dubes RI untuk Jepang Sayidiman Suryohadiprojo mengatakan bahwa dunia dan umat manusia kini sedang dalam perkembangan yang amat dinamis. Perkembangan tersebut, katanya, berlangsung sangat menarik.

“Salah satu faktor yang besar dampaknya pada perkembangan ummat manusia adalah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,” kata Saydiman seperti dikutip redaksi dari lamannya, Jakarta, Senin (30/1/2017).

Revolusi Teknologi

Dalam 10 tahun belakangan ini Teknologi telah berkembang dengan amat pesat sehingga Stephen Hawkins pakar Fisika tersohor dari Universitas Cambridge (Inggris) menyatakan di harian The Guardian bahwa perkembangan ini adalah the most dangerous moment in the development of humanity.

Teknologi memang sedang mencapai tingkat yang makin tinggi, antara lain memungkinkan membuat mesin yang dapat berpikir (artificial intelligence) seperti manusia. Kalau sebelumnya hanya manusia yang dapat berpikir maka sekarang monopoli itu tiada lagi.

Perkembangan ini dapat disamakan dengan apa yang terjadi pada abad ke 16 di Eropa ketika terjadi Renaissance yang merupakan Revolusi Ilmu Pengetahuan. Waktu itu setelah melampaui Abad Pertengahan, berkembang kesadaran bahwa kemampuan berpikir dapat membawa Manusia memahami dan menguasai kehidupan dan Alam dengan lebih baik.

Seperti yang diucapkan pakar filsafat Perancis Renee Descartes, “Saya berpikir maka saya ada.” Rasionalisme itu telah menciptakan berbagai perkembangan yang positif tapi juga negatif dalam kehidupan manusia. Yang positif adalah kemajuan besar dalam ilmu pengetahuan yang memicu kemampuan manusia dalam berproduksi berbagai alat dan sarana yang membuat kehidupan jauh lebih maju.

Manusia dengan kemampuan dan kekuatan berpikirnya berhasil memanfaatkan Alam dan Dunia untuk menciptakan kesejahteraan makin tinggi. Hal ini menimbulkan individualisme dan liberalisme yang berpandangan bahwa Individu Manusia adalah paling utama dalam kehidupan dan berhak melakukan segala hal yang dikehendakinya.

Sikap ini kemudian membawa dampak negatif yang besar. Sebab sifat serakah Manusia yang tanpa halangan kemudian memperlakukan Alam dan isinya, termasuk Manusia lain, sebagai sasaran usahanya. Terjadilah penderitaan Manusia lemah dan miskin karena perilaku sewenang-wenang Manusia kuat dan kaya.

Baca Juga:  Jadi Bulanan Serangan Hoaks, Pemuda Pancasila Dukung Gus Fawait Djos di Pilkada Jember

Kemudian timbul kolonialisme dan imperialisme oleh bangsa-bangsa Barat yang telah menjadi kaya dan kuat atas bangsa-bangsa lain di dunia, dengan akibat kesengsaraan luas di dunia. Terjadi kerusakan Alam yang antara lain menyebabkan pemanasan global yang kita alami sekarang.

Kemampuan Berpikir itu juga membuat mesin yang makin canggih dan menghasilkan Artificial Intelligence atau kemampuan Mesin untuk berpikir seperti Manusia dan bahkan mengalahkan Manusia. Inilah yang dapat dinamakan Revolusi Teknologi.

Banyak pekerjaan dan kegiatan yang tadinya memerlukan peran Manusia, sekarang digantikan peran Mesin. Seperti adanya mobil yang mengemudikan diri sendiri, menghadirkan taksi-taksi tanpa pengemudi. Kalau sebelum ini robot sudah mengambil banyak pekerjaan buruh di pabrik-pabrik, sekarang pengambilalihan peran Manusia jauh lebih banyak.

Ini berakibat luas pada keadaan sosial karena mau tak mau mengurangi kesempatan kerja dan meningkatnya pengangguran. Dunia makin dikuasai Pemodal Besar dan sejumlah kecil orang yang pandai. Kesenjangan menjadi makin luas dalam kehidupan Umat Manusia Hal inilah yang mendorong Stephen Hawkins membuat pernyataan bahwa kita berada pada momen yang amat berbahaya dalam perkembangan Umat Manusia.

Kemampuan Manusia

Namun sebenarnya kehidupan tidak hanya memerlukan Pikiran Manusia. Sebelum menonjolnya faktor Rasional setelah Renaissance, kehidupan Manusia banyak dipengaruhi oleh faktor Perasaan yang timbul dari Hati Manusia. Dan nyatanya kehidupan Manusia yang bahagia banyak tergantung dari hal-hal yang timbul dari Hati dan bukan hanya dari Otak.

Perasaan atau Emosi yang timbul dari Hati membawa berbagai “produk” yang amat mempengaruhi kehidupan. Seperti empati atau tenggang Rasa yang berfungsi positif dalam hubungan harmonis antara Manusia . Saling menghargai dan menghormati sebagai produk Perasaan masih tetap diperlukan untuk kehidupan masyarakat yang paling maju sekalipun selama ada Manusia.

Manusia tetap harus paham melakukan hal yang benar di samping melakukannya secara benar (Not only to do The Right Thing but also to do Things Right). Hal ini tidak cukup adanya fungsi Otak tanpa didukung fungsi Hati atau Perasaan.

Baca Juga:  Fraksi Hanura DPRD Nunukan Minta Pemerintah Prioritasi Anggaran Untuk Pertanian

Kemampuan Manusia tidak terbatas pada kemampuan Otak yang menghasilkan pikiran tetapi juga ada kemampuan Hati dengan hasilnya perasaan dengan segala aspeknya. Dengan perasaan dapat terwujud Tekad dan Semangat Manusia yang bukan hasil Pikiran. Juga rasa Keadilan dan Kepatutan tidak dihasilkan Pikiran, melainkan adalah hasil Perasaan.

Demikian pula kesadaran Manusia yang menentukan kepribadiannya. Dalam kehidupan terbukti bahwa pencapaian satu tujuan lebih ditentukan oleh hal-hal yang dihasilkan oleh Hati dari pada sekedar hasil Pikiran. Terbukti bahwa pemimpin yang cerdas otaknya belum tentu mencapai hal yang bermutu bagi masyarakatnya bila kecerdasan itu tidak disertai kearifan (wisdom).

Dan nampaknya kemampuan membuat Mesin yang dapat berpikir belum dapat disertai pembuatan Mesin yang punya Hati dengan segala produknya. Nyatalah bahwa kemampuan Manusia yang meliputi berbagai aspek belum dapat digantikan sepenuhnya oleh Mesin. Serta menjadi makin jelas bahwa kehidupan Manusia yang bahagia tidak hanya terwujud oleh kemampuan Otak dan Pikirannya, melainkan juga diperlukan kemampuan Hati dengan berbagai wujud Rasa. Diperlukan Harmoni antara fungsi Otak dan fungsi Hati.

Memperhatikan hal itu maka makin nyata kebenaran Pancasila sebagai pedoman dan pandangan Hidup Manusia. Berbeda dari Individualisme dan Liberalisme yang berpangkal pada Rasionalisme atau kehidupan yang didominasi Pikiran, Pancasila adalah sikap Manusia yang berlandasan Harmoni antara hasil Otak dan Hati, Pikiran dan Rasa.

Dengan begitu bangsa Indonesia yang menetapkan Pancasila sebagai Dasar Negara dapat menghadapi Revolusi Teknologi tanpa kekhawatiran ekstrim dengan memanfaatkan Harmoni Otak dan Hati secara tepat dalam kehidupannya.

Menghadapi Kehidupan Masa Kini

Dalam kehidupan bangsa, nyata sekali keperluan untuk menjadikan Pancasila kenyataan hidup dan bukan hanya bersifat wacana atau semboyan belaka. Perlu sekali kita usahakan dan perjuangkan agar sifat Kebersamaan menjadi kenyataan, karena inilah wujud harmoni dalam kehidupan.

Perbedaan dalam Kesatuan, Kesatuan dalam Perbedaan akan dapat mengembangkan kekuatan atau energi bangsa, hal mana tidak mungkin terjadi tanpa Kebersamaan atau kondisi masyarakat yang cerai-berai. Sebab itu tidak boleh ada salah pengertian tentang Pluralisme yang oleh banyak pihak ditetapkan sebagai salah satu wujud Pancasila.

Baca Juga:  Takut Kalah, Diduga Petahana Suruh 10 Oknum Pengawas dan Penyelenggara Pilkada Jember Curangi Gus Fawait

Pluralisme itu hanya benar kalau di dalamnya termasuk Kesatuan, dan bukan Pluralisme yang berarti kita berbeda saja. Pluralisme tanpa Kesatuan berarti pentingnya Individu di atas Kesatuan atau Individualisme.

Kebersamaan menuntut makin tiadanya kesenjangan dalam kehidupan bangsa, baik kesenjangan antara kelompok kaya-kuat dan kelompok miskin-lemah maupun kesenjangan antara kehidupan daerah di Indonesia.

Kebersamaan juga menghasilkan Persatuan Bangsa yang kokoh kuat dan meniadakan pengertian mayoritas mendapat hak dan perhatian lebih besar dari minoritas. Semuanya turut berperan secara bersama-sama dalam memajukan dan mensejahterakan bangsa. Dengan begitu kita dapat membangun masyarakat yang kokoh sentosa sebagai hasil sifat gotong royong yang terjadi antara semua warga bangsa.

Masyarakat gotong royong yang kokoh sentosa ini amat penting ketika bangsa menghadapi berbagai ancaman dan tantangan. Kekuatan luar tidak dapat memanfaatkan unsur-unsur bangsa kita guna melemahkan perjuangan bangsa Indonesia, sebaliknya persatuan bangsa Indonesia berfungsi sebagai halangan kokoh kuat merintangi segala usaha merugikan yang dilakukan pihak luar.

Persatuan bangsa yang kokoh kuat mewujudkan Sinergi antara seluruh unsur bangsa yang merupakan tenaga amat penting untuk mengatasi segala ancaman dan tantangan.

Dengan Pancasila bangsa Indonesia mengembangkan Perasaan berupa Tekad dan Semangat untuk tetap Merdeka dan Berdaulat, tanpa ada putus asa dan sifat tak kenal menyerah. Di samping itu berkembang kemampuan Berpikir yang mengambil manfaat maksimal dari segala perkembangan dan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, termasuk hasil Revolusi Teknologi.

Jelaslah bahwa terwujudnya Pancasila sebagai kenyataan hidup merupakan jaminan bagi masa depan bangsa Indonesia untuk mencapai masyarakat yang maju, adil, kokoh dan sejahtera. Sebab itu marilah kita jadikan Pancasila kenyataan dalam kehidupan bangsa kita. (Sego)

Related Posts

1 of 465