Ekonomi

Mengatasi Krisis Pertanian ALa Bupati Trenggalek

NUSANTARANEWS.CO, Surabaya – Bupati Trenggalek, Emil Elestianto Dardak berbagi pengalamannya dalam mengatasi krisis pertanian yang diakibatkan oleh anomali cuaca yang terjadi di Trenggalek tahun 2016. Hal ini ia sampaikan di hadapan fungsionaris Partai Amanat Nasional (PAN) Jombang dan dihadiri langsung Ketua Umum DPP PAN Zulkifli Hasan.

Pada kesempatan ini, Emil sempat menyitir hasil studi ahli pertanian dari Boston Consulting Group. Ada beberapa hal penting yang menjadi arah pertanian masa depan. Diantaranya otomatisasi, teknologi precision dan konsolidasi lahan.

Untuk teknologi presision atau kemampuan memprediksi ini Emil menyebut dirinya punya pengalaman unik di lapangan. Dia mengaku sering mendapatkan pertanyaan dari para petani di Trenggalek terkait komoditas apa yang harus ditanam saat musim tanam tiba di masa anomali.

Dengan nada canda dan sambil tertawa, Emil menyebut dirinya seperti dukun saja. “Kulo nandur pari atau polowijo pak bupati (saya nanam padi atau palawija pak bupati),” tuturnya, Jumat (20/4/2018).

Baca Juga:  Kebutuhan Energi di Jawa Timur Meningkat

Pertanyaan ini muncul karena normalnya dua kali musim padi dan sekali musim tanam palawija. Ini tak bisa dilakukan karena musim hujan yang panjang.

Dari situ lanjut Emil, ia memutuskan sebelum petani ini pusing, dirinya langsung menghubungi pemerintah provinsi dan pusat untuk mengatur ulang pola distribusi pupuk. “Akhirnya berhasil ditukar dengan daerah lain di Indonesia, yang tadinya pupuk palawija bisa diganti untuk sawah basah,” ungkap dari suami Arumi Bachsin tersebut.

Hal lainnya kata Emil adalah melakukan pengendalian hama secara tepat. Tidak membombardir hama tanaman dengan pestisida secara berlebihan. Ia menceritakan pengalaman menanggulangi hama keong sawah dengan pola memberikan media tersendiri seperti bambu.

“Perlu kesabaran, kita perlu semacam brigade penanggulangan hama dan jangan lupa banyak berdoa,” tambahnya.

Sebelum menutup paparan panjangnya, Emil lalu menyampaikan perlunya pengembangan sumber daya petani ke depan. Banyak yang bisa dilakukan. Diantaranya memberikan pendidikan non formal kepada petani dengan melahirkan semacam sekolah lapang. Sekolah non formal ini diantaranya akan membahas soal fundamental dan praktis yang dihadapi petani di lapangan.

Baca Juga:  Pemdes Kaduara Timur Salurkan BLT

Sementara itu, Abdul Qodir, tokoh ormas Jombang umengatakan sosok Emil bukan saja punya kapasitas secara teori namun punya pengalaman lapangan yang mumpuni.

“Melihat rekam jejak pendidikan maupun keberhasilan Mas Emil dalam pendidikan dan karier, saya meyakini sosok inilah yang tepat melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan di Jawa Timur,” ungkap Ketua Majelis Dakwah Muhammadiyah Jombang.

Pewarta: Tri Wahyudi
Editor: Romandhon

Related Posts

1 of 3,054