Menengok Kembali Blok Mahakam

Blok Mahakam. (Foto: Istimewa)

Blok Mahakam. (Foto: Istimewa)

NUSANTARANEWS.CO – Operator Blok Mahakam Total E&P Indonesia disebut akan mengakhiri kontrak kerjasamanya pada 31 Desember 2017 mendatang. Kontrak kerjasama Pengelolaan Blok Mahakam yang melibatkan Total&P dan perusahaan asal Jepang Inpex Corporation diketahui sudah berlangsung selama 50 tahun.

Tak banyak yang tahu sepak terjang pemerintah, Total&P dan Inpex Corporation di Blok Mahakam. Pasalnya, pemerintah masih belum tegas untuk mengatur ulang kerjasama pengelolaan sumber daya alam Indonesia dengan pihak asing secara lebih transapran dan saling menguntungkan.

Akibatnya, kecolongan pada tahun 1997 silam. Dimana Kontrak kerjasama antara pemerintah Indonesia dengan Total&P dan Inpex Corporation harusnya sudah berakhir saat itu karena memang sudah berlangsung sejak 31 Maret 1967. Tapi, kontrak kerjasama tersebut yang seharunys sudah berakhir pada 31 Maret 1997 tiba-tiba sudah diperpanjang lagi hingga 31 Desember 2017.

Total&P selaku operator Blok Mahakam memiliki 50 persen hak partisipasi dan 50 persen lainnya dikuasai Inpex Ltd selama kontrak kerjasama berlangsung dalam 50 tahun terakhir. Lantas benarkah kontrak kerjasama antar ketiga elemen tersebut akan berakhir? Ingat, President & General Manager dan Group Representative baru saja diganti. Arividya Noviyanto adalah sosok itu. Dia menggantikan Hardy Pramono yang telah memasuki masa pensiun. Arividiya sebelumnya menjabat sebagai Vice President of Finance, Human Resources, General Services, and Communication. Dia merupakan orang Indonesia kedua yang menduduki jabatan tertinggi di Total E&P, salah satu afiliasi terbesar di Total SA.

Tepat pada 1 Januari 2017, Arividiya resmi memimpin Total&P. Dia akan memimpin Total&P setidaknya sampai akhir tahun 2017 sesuai dengan kontrak kerjasama yang sudah berlaku secara tiba-tiba itu. Rencananya, PT Pertamina Hulu Mahakam telah ditunjuk pemerintah sebagai operator baru per 1 Januari 2018.

Meski mengoperasikan banyak lapangan tua (mature) di Blok Mahakam, Total E&P dengan dukungan SKKMigas telah berhasil menjaga produksi tetap baik. Produksi gas (inlet) pada 2016 mencapai rata-rata 1,64 BCFD dan 64.000 BOD likuid (minyak dan kondensat). Tahun 2017, Total E&P memproyeksikan produksi di Blok Mahakam mencapai 1,43 BCFD untuk gas, dan 53.000 BOD untuk likuid, sebagaimana dinyatakan dalam Rencana Kerja dan Anggaran 2017 (WP&B 2017).

“Prioritas utama TEPI (Total&P) pada 2017 adalah menahan penurunan produksi dan memastikan proses transfer operator Blok Mahakam ke PT Pertamina (Persero) dapat berlangsung mulus,” kata Arividya.

Sekadar mengingat, Hampir semua sektor migas dan minerba di bumi nusantara baik, di wilayah barat hingga kawasan timur, di pulau-pulau besar, kepulauan-kepulauan kecil hingga di laut lepas sudah dikuasai oleh perusahaan asing. Disadari atau tidak, keberadaan perusahaan-perusahaan asing tersebut kini telah sampai pada taraf mengancam kedaulatan Indonesia. Dari total 276 blok migas yang ada, 70% sudah dikuasai dan dikelola oleh kontraktor asing. Bila dengan bahasa geopolitik, saat ini paling sedikit sudah ada 276 pangkalan militer asing yang tersebar di bumi nusantara.

Berikut daftar beberapa perusahan migas asing yang beroperasi di Indonesia; Chevron (AS), CNOOC (China), Chonoco Phillips (AS), ENI (Italia), KUFPEC (Kuwait), Exxon Mobil (AS), sedangkan kontraktor kerja sama yang terkenal antara lain TOTAL E&P Indonesie. Perusahaan asing lainnya yang juga beroperasi di Indonesia antara lain; Premiere Oil, Marathon Oil, Huskyenergy, Talisman, Amerada Hess, BP Indonesia, Anadarko, Asia Energi, Citic Seram Energy Limited, Fairfield Indonesia, Hess, Inaparol PTE.LTD, Inpex Corp, Japan Petroleum, Petro China, Kondur Petroleum, Kodeco Energy, Korea National Oil Corporation, Kalrez Petroleum, Lundin BV, Nation Petroleum, Petronas Carigali, Pearl Eenergy, Permintracer Petroleum, Santos PTY, Sanyen dan Oil 7 GAS. (Sego)

Exit mobile version