Lintas NusaTerbaru

Memperkuat LVRI, Bersama Menangkal Radikalisme

NUSANTARANEWS.CO, Kediri – Agenda khusus penguatan organisasi LVRI diadakan siang ini di gedung serba guna Pare Kediri. Ada tiga agenda dalam sehari, yaitu sosialisasi UU nomor 15 Tahun 2012 tentang Veteran RI dan sebagai pembicara Sumadi selaku Ketua LVRI, wawasan kebangsaan dan sebagai pembicara Danramil Pare, Kapten Arh Ajir, serta bintal kejuangan dan sebagai pembicara Sumilan dari LVRI. Acara ini juga diikuti Kapolsek Pare, AKP Mustakim, Camat Pare, Anik Wuryani serta Kepala Kelurahan Pare, Ari Pramono, Selasa (31/10/2017).

“Menurut peraturan perundang-undangan, para veteran pejuang, pembela kemerdekaan, dan anumerta memiliki hak yang dijamin negara, yakni berupa dana bantuan kesehatan, tunjangan, dana bagi janda, duda, atau yatim veteran,” kata Sumadi.

Lebih lanjut, Sumadi menjelaskan bahwa para veteran mendapatkan hak lainnya berupa santunan cacat, tunjangan cacat, dan alat bantu untuk tubuh veteran. Ada juga hak berupa keringanan pembayaran pajak bumi dan bangunan, keringanan pembayaran biaya angkutan jasa transportasi milik negara, jaminan kesehatan, biaya pendidikan, bimbingan usaha kecil dan menengah, serta hak memperoleh perlindungan hukum.

Baca Juga:  Refleksi Sumpah Pemuda: Disbudporapar Sumenep Ajak Generasi Muda Bangun Daerah

Sementara itu, pada sesi wawasan kebangsaan, Kapten Arh Ajir mengungkapkan bahwa sat ini radikalisme sudah mulai merasuk generasi muda, terutama terfokus pada mahasiswa. Menurutnya, banyak pemikiran atau pandangan kelompok yang menyimpang dalam konteks berdirinya bangsa ini.

“Segala penyimpangan perlu diluruskan, kelak generasi muda kita tidak bakal keblinger. Mereka bukan pelaku sejarah, anehnya mereka punya pemikiran atau pandangan yang berbeda jauh. Mereka tidak tahu kejadiannya tetapi bisa berasumsi dari persepsi yang keliru. Teori utak atik gathuk juga mulai disebarkan lewat media sosial dan itu masif. Kelompok-kelompok ini yang perlu kita waspadai dan harus dilawan,” kata Kapten Arh Ajir.

“Radikalisme selalu membawa konflik. Negeri kita penuh sejarah. Sejarah dari masa lampau sampai detik ini, membuktikan keberagaman bisa menyatu. Pancasila adalah fakta, Bhinneka Tunggal Ika adalah realitas, jadi fakta dan realitas itulah identitas bangsa kita,” sambungnya.

Di sesi terakhir Sumilan menyampaikan pandangannya seputar mental Kejuangan dalam bersikap adil saat bertindak serta menyadari bahwa segala sesuatunya akan dipertanggungjawabkan agar menjadi tangguh, memiliki jiwa pantang menyerah, ulet dan gigih serta rela berkorban dalam membela kebenaran. (penrem/ed)

Baca Juga:  Fraksi Karya Kebangkitan Nasional DPRD Nunukan Minta Pemerintah Perkuat Insfratrukrur di Pedalaman

Editor: Redaksi/NusantaraNews

Related Posts