InspirasiLintas NusaTerbaru

Melawat ke Monumen Pers Nasional Surakarta

NUSANTARANEWS.CO – Masih dalam edisi jalan-jalan di Surakarta nih. Kalau ngomongin kota yang satu ini memang nggak ada habisnya ya. Sangat banyak tempat wisata yang bisa kita di-explore di kota ini.

Nah, kali ini kita akan membahas mengenai sebuah monumen bersejarah di kota Surakarta yaitu Monumen Pers Nasional.

Sesuai dengan namanya, Monumen Pers Nasional merupakan monumen yang berkaitan dunia pers Negara Republik Indonesia.

Adapun salah satu jugas utama dari monumen tersebut adalah mendokumentasikan berbagai koleksi yang berkaitan dengan dunia pers Indonesia seperti bukti terbit media cetak dari seluruh Indonesia seperti koran dan majalah kuno. Koleksi lainnya berupa benda-benda peninggalan bersejarah seperti mesin ketik kuno milik Bakrie Soeriaatmadja, kamera milik wartawan Bernas Fuad Muhammad Syafruddin atau dikenal dengan Udin wartawan kritis asal Bantul Yogyakarta yang tewas dianiaya orang tak dikenal dan pemancar radio kambing RRI Surakarta yang kesemuanya itu berhubungan dengan media dan memiliki nilai sejarah.

Baca Juga:  Refleksi Sumpah Pemuda: Disbudporapar Sumenep Ajak Generasi Muda Bangun Daerah

Dalam kesempatan berkunjung kami Monumen Pers Nasional, kami juga memiliki seksempatan untuk berwawancara salah satu pegawai di Monumen Pers Nasional tersebut. Andi yang merupakan salah satu pemandi disana menjelaskan kepada kami tentang sejarah Monumen Pers Nasional.

Bermula dari pemnentukan sebuah radio pribumi pada tahun 1933 yang dipimpin oleh Ir. Sarsito Mangoen Kusumo hingga lahirlah radio pribumi pertama sebelum kemerdekaan yang bernama Soloche Radio Vireeniging. Kemudian sejarah itu terus berlanjut pasca kemerdekaan. Pada tanggal 9 Februari 1946 digedung monumen tersebut juga diselenggaraikan konferensi wartawan seluruh Indonesia, yang kemudian melahirkan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) sebagai organisasi profesi kewartawanan yang pertama ada di Indonesia.

Pada peringatan satu dasawarsa PWI tersebutlah tercetus gagasan untuk mendirikan Yayasan Museum Pers Indonesia. Kemudian, dalam Kongres PWI yang tahun 1970 yang diselenggarakan di Palembang muncullah niat untuk mendirikan Museum Pers Indonesia. Nama Musium Pers Indonesia kemudian diubah menjadi Monumen Pers Nasional pada tahun 1973.

Baca Juga:  Ukraina Mengakui Ketergantungannya Pada Bantuan Barat

“Hingga akhirnya Monumen Pers Nasional diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tahun 1978,” terang Andi.

Kini, Monumen Pers Nasional telah ditetapkan berada dibawah wewenang Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, Kementerian Komunikasi dan Informasi.

Perlu diketahui bahwa dokumentasi cetak Monumen Pers Nasional telah menyimpan lebih dari satu juta eksemplar bukti terbit dari seluruh media cetak dari seluruh penjuru Indonesia yang terbit sebelum kemerdekaan hingga saat ini.

Berbagai kegiatan pun sering diadakan oleh Monumen Pers Nasional seperti pameran, seminar dan dialog budaya.

Pihak pengelola mengatakan, antusiasme masyarakat untuk berkunjung ke monumen ini terbilang masih tinggi.

“Dari tahun ke tahun, kebetulan target pengunjung disini selalu terpenuhi,” tutup Andi.

Bagi anda yang tengah berlibur ke kota Surakarta, pastikan anda tidak melewatkan waktu untuk berkunjung ke Monumen Pers Nasional. Monumen Pers Nasional memiliki lokasi yang sangat strategis karena masih berada dipusat kota Surakarta tepatnya di Jalan Gajah Mada. Monumen ini juga terletak tidak jauh dari Keraton Surakarta, dengan hanya membutuhkan waktu tempuh sekitar 8 menit dan 5 menit jika ditempuh dari stasiun kereta api Solo Balapan.

Baca Juga:  Indonesia Game Experience (IGX) 2024 Gebrak Kota Surabaya

Penulis: Riskiana/Editor: Eriec Dieda/NusantaraNews

Related Posts