Ekonomi

Media Asing Ramai Memberitakan PDB Indonesia Anjlok

Media asing ramai memberitakan PDB Indonesia anjlok
Media asing ramai memberitakan PDB Indonesia anjlok menyusul data resmi Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia pada hari Rabu (5/8) terkait penyusutan pada kuartal II periode April hingga Juni.

NUSANTARANEWS.CO, Tokyo – Media asing ramai memberitakan PDB Indonesia anjlok. Seperti judul artikel Reuters.Com: “Indonesian economy shrinks for first time since 1999 in second quarter” menyusul data resmi Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia pada hari Rabu (5/8), penyusutan pada kuartal II ini dilaporkan lebih besar dari yang diperkirakan pada periode April hingga Juni tahun lalu.

Sementara para analis memperkirakan jika pertumbuhan ekonomi pada kuartal III dan kuartal IV masih minus, maka pada akhir tahun ini, Indonesia bisa mengalami resesi akibat hantaman pandemi Coronavirus baru (Covid-19).

Reuters juga menambahkan bahwa ekonomi terbesar di Asia Tenggara ini menyusut lebih besar dari yang diperkirakan 5,32% pada bulan April-Juni dibandingkan periode yang sama tahun lalu, menurut data dari Statistics Indonesia, angka triwulanan negatif pertama sejak 1999.

Itu lebih buruk dari perkiraan kontraksi 4,61% dalam jajak pendapat ekonom Reuters dan turun tajam dari pertumbuhan 2,97% tahun ke tahun di kuartal pertama.

Baca Juga:  Pengentasan Kemiskinan di Madura, Inilah Cita -Cita Luman Menang Pilgub Jawa Timur

Data menunjukkan kejatuhan berbasis luas dari pandemi dan pembatasan untuk menahan penyebarannya. Rumah tangga membatasi pengeluaran dan bisnis menunda investasi, sementara ekspor dihantam oleh permintaan global yang lebih rendah dan harga komoditas.

Tak ketinggalan Bloomberg.Com juga membuat judul “Indonesia Economy Shrinks for First Time Since Asian Crisis”. Ekonomi Indonesia mengalami kontraksi untuk pertama kalinya sejak Krisis Keuangan Asia lebih dari dua dekade lalu, karena pembatasan pergerakan untuk menahan wabah coronavirus berdampak pada ekonomi terbesar di Asia Tenggara.

Tampaknya peristiwa krisis keuangan Asia yang menimpa Indonesia menjelang Abad-21 begitu menarik perhatian dunia – sehingga peristiwa kontraksi ekonomi pertama pada kuartal II 2020 ini sungguh menjadi sorotan media internasional. Apakah Indonesia akan memasuki resesi pada akhir tahun ini?

Mengutip Ekonom Indef Didik J Rachbini dalam diskusi virtual, Kamis (6/8), menilai pemerintah tidak mampu menjalankan fungsi untuk menahan kejatuhan ekonomi pada kuartal kedua akibat pandemi virus corona sehinga pertumbuhan ekonomi pada periode tersebut tercatat minus 5,32 persen, kutip CNN Indonesia.

Baca Juga:  Rawan Ganggu Gula Lokal, Waspada Gula Impor Bocor di Daerah

Pada 2020 ini, sekitar 3,7 juta orang telah kehilangan pekerjaan, konsumsi juga merosot.

Pemerintah pun telah menjanjikan pengeluaran stimulus lebih cepat dalam beberapa bulan mendatang sebagai dampak serangan dari pandemi virus korona. Sejauh ini pemerintah telah menganggarkan stimulus senilai Rp 695,2 triliun (US$ 47,88 miliar) untuk tahun 2020 guna melindungi ekonomi dari dampak wabah termasuk pinjaman bersubsidi untuk usaha kecil dan bantuan tunai untuk keluarga berpenghasilan rendah.

Sementara Bank sentral Indonesia telah memangkas suku bunga utamanya empat kali tahun ini dengan total 100 basis poin ke level terendah setidaknya sejak 2016.

Bank Indonesia dan pemerintah juga meluncurkan skema monetisasi utang awal bulan ini senilai US$ 40 miliar, dengan bank sentral berjanji untuk membeli obligasi senilai US$ 28 miliar sambil melepaskan pembayaran bunga.

Konsumsi rumah tangga, yang merupakan sekitar setengah dari PDB negara, turun 5,5% pada kuartal kedua dibandingkan tahun lalu, sementara investasi turun 8,61%. Ekspor dan impor masing-masing turun 11,7% dan 16,9% selama periode itu. (Agus Setiawan)

Related Posts

1 of 3,050