NUSANTARANEWS.CO – KTT G20 Osaka di Jepang menjadi jauh lebih penting karena dalam acara ini para pemimpin dunia dapat melakukan pertemuan sela yang lebih strategis, baik secara bilateral, trilateral maupun format lain.
Pertemuan G20 selalu menjadi peristiwa yang menarik sejak format ini digunakan untuk merespon krisis keuangan 2008. Kekuatan ekonomi-ekonomi terkemuka dunia memiliki andil besar menjaga stabilitas sistem ekonomi internasional.
Namun tahun ini, sistem yang sama sedang mengalami guncangan akibat dari “perang dagang” antara dua kekuatan ekonomi terbesarnya. Amerika Serikat (AS) ingin menciptakan kondisi untuk mengubah rantai pasokan global, dengan pengenaan tarif atau langkah-langkah lain untuk mencapai tujuannya. Sementara Cina sedang berusaha menjadikan dirinya sebagai pusat dari ekonomi global melalui Inisiatif Belt & Road-nya. (BRI).
Perbedaan kepentingan dua kekuatan ekonomi dunia tersebut telah menimbulkan gesekan selama setahun terakhir yang dapat berisiko besar terahdap ekonomi dunia. Itulah sebabnya mengapa G20 tahun ini menjadi sangat penting.
Pertemuan multilateral para anggota G20 baru akan digelar selama akhir pekan. Sedangkan format pertemuan sela antara beberapa pemimpin dunia telah terjadwal, di antaranya pertemuan bilateral antara Presiden Trump dan Xi. Kedua pemimpin tersebut telah berusaha keras untuk mengendalikan ekonomi global. AS yang tidak ingin menyerahkan hegemoninya kepada Cina kemudian melancarkan “perang dagang” demi mendapatkan keuntungan relatif.
Cina yang menyadari situasi tersebut tahu bahwa Trump ingin memaksakan kehendaknya, atau akan menghindari pertemuan bilateral. Cina yang sedang tumbuh ekonominya sangat tergantung dengan pasar yang sudah ada seperti AS dan negara-negara barat serta negara-negara berkembang (Global South).
Pertemuan Trilateral RIC (Rusia, India dan Cina) sebagai kekuatan ekonomi utama Eurasia dan juga merupakan komponen kekuatan BRICS – menjadi penting untuk disoroti – mengingat Eurasia dan BRICS memiliki potensi ekonomi kolektif yang sangat besar, demikian pula jumlah populasinya. Dengan kata lain, potensi Eurasia-BRICS secara signifikan mampu mempengaruhi lingkungan global.
AS sendiri telah memainkan strategi geopolitiknya dengan membentuk kawasan “Indo-Pasifik” untuk membendung pengaruh Cina. Bahkan untuk itu, AS merampas India untuk dijadikan mitra strategis utama di Indo-Pasifik – di mana India dapat memenuhi takdir politiknya sebagai negara “super power” di kawasan – meski buntutnya India harus melupakan Palestina dan mulai menjadi mitra strategis Israel.
Pertemuan Sela RIC secara pragmatis mungkin masih dapat mengintensifkan kerja sama ekonomi satu sama lain dan memperluas proyek-proyek mereka yang ada, meskipun partisipasi India dalam Belt on Road mungkin dihentikan. Salah satu aspek terpenting dari KTT G20 Osaka ini mungkin adalah pertemuan bilateral diantara para pemimpin AS, Rusia, Cina dan India.
Demikian pula pertemuan trilateral RIC, tidak bisa dipandang remeh, tapi juga jangan over estimate – karena AS pasti akan melakukan yang terbaik untuk memecah belah kekuatan besar Eurasia. Paling tidak AS telah berhasil membangun Indo-Pasifik dan “menetralkan” India dari Aliansi Eurasia. (Agus Setiawan)