Komisi I Menilai Sosialisasi Bela Negara Sebagai Bentuk Literasi Pada Masyarakat

Anggota Komisi I, Charles Honoris. (FOTO: NUSANTARANEWS.CO/Romadhon)
Anggota Komisi I, Charles Honoris. (FOTO: NUSANTARANEWS.CO/Romadhon)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Anggota Komisi I, Charles Honoris menilai kegiatan sosialisasi bela negara disebut sebagai bentuk literasi kepada masyarakat terkait pentingnya menjaga negara kesatuan republik Indonesia.

“Kita mendukung, untuk terus mengadakan program seperti ini. Karena kan ini salah satu bentuk literasi terhadap masyarakat tentang misalnya apa pentingnya untuk menjaga Indonesia secara menyeluruh. Dari sisi ideologi dari sisi kesatuan negara,” kata Charles Honoris usai menjadi pembicara dalam kegiatan Sosialisasi Bela Negara Lingkup Pemukiman Jakarta yang digelar di The Hotel Media, Jakarta Pusat, Selasa (2/4/2019).

Baca Juga:

“Bagaimana kita harus jaga Pancasila tidak ikut menyebarkan hoaks ujaran kebencian dan sebagainya. Jadi ini program yang sangat baik harus dan terus harus dilakukan,” sambungnya.

Politisi PDIP itu menjelaskan, sebagai warga negara, dalam konteks Bela Negara, masyarakat harus bisa mengindentifikasi ancaman terhadap Indonsia. Menurutnya ancaman terhadap negara bukan saja militer, tetapi ada non militer.

Misalnya dalam kasus ancaman terhadap ideologi Pancasila dari ancaman ideologi trans nasional. Selain itu lanjut dia, ancaman non militer lainya yakni ancaman narkoba.

“Lalu ancaman lainnya yang kita lihat seperti peredaran narkotika di Indonesia yang sudah begitu masif. Lalu penyebaran hoaks ujaran kebencian fitnah yang hari ini sangat marak beredar di media sosial,” ujarnya.

Menurut Charles, penyebaran hoaks di media sosial ini bukan saja dilakukan oleh orang orang di dalam negeri saja tetapi juga bisa saja dilakukan oleh pihak pihak yang memiliki kepentingan dari luar negeri.

“Kita lihat hari ini perang informasi atau penyebaran informasi juga terjadi di berbagai negara. Dilakukan oleh negara lain untuk untuk mengacaukan politik dari negara tersebut,” ungkapnya.

Baca Juga:

Dirinya mencontohkan terkait indikasi kuat Rusia yang terlibat dalam membentuk opini dalam pilpres Amerika Serikat. Lalu ada juga bagaimana Rusia menggunakan jaringan teknologi untuk mengacaukan kondisi di Ukraina.

“Jadi ini pola pola baru yang memang harus kita waspadai secara bersama-sama. Kemajuan-kemajuan teknologi sekarang semua orang sudah megang handphone sendiri. Seratus tujuh puluh juta pengguna handpone pengguna internet di Indonesia semua rentan terhadap masuknya informasi yang begitu mudah. Sehingga masyarakat harus diberikan pondasi yang kuat dalam pengertian soal Pancasila soal dasar negara soal ideologi negara dan sebagainya,” tandasnya.

Pewarta: Romadhon
Editor: Achmad S.

Exit mobile version