Hankam

Ancaman Militer Bergeser ke Non Militer, Kemhan Ajak Komponen Bangsa Terlibat Menghadapinya

Analis Madya Dit. Bela Negara Kementerian Pertahanan (Kemhan), Kolonel Arh Luhkito Hadi Iswanto. (FOTO: NUSANTARANEWS.CO/Adhon)
Analis Madya Dit. Bela Negara Kementerian Pertahanan (Kemhan), Kolonel Arh Luhkito Hadi Iswanto. (FOTO: NUSANTARANEWS.CO/Adhon)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Analis Madya Dit. Bela Negara Kementerian Pertahanan (Kemhan), Kolonel Arh Luhkito Hadi Iswanto mengatakan bahwa saat ini ancaman militer telah bergeser ke ancaman non militer. Untuk itu ia mengajak semua komponen bangsa terlibat penuh menghadapinya.

Soal ancaman non militer di Indonesia, dirinya mencontohkan mengenai masalah berita hoaks yang tersebar melalui media sosial seperti di group WhatsApp. Selain itu ia juga menjelaskan mengenai kasus kehancuran negara Libya yang disebutnya dilakukan melalui kekuatan non militer.

Baca Juga:

“Bapak-bapak pernah denger negera Libya gak? Siapa presiden sebelumnya? Muammar Gaddafi. Apakah kehancuran Libya menggunakan militer? Tapi kok bisa hancur? Pakai kekuatan non militer,” tegas Luhkito Hadi saat menjadi narasumber dalam acara Sosialisasi Bela Negara Lingkup Pemukiman Jakarta yang digelar di The Hotel Media, Jakarta Pusat, Selasa (2/4/2019).

Baca Juga:  Sekjen PERATIN Apresiasi RKFZ Koleksi Beragam Budaya Nusantara

Dalam kegiatan Sosialisasi Bela Negara yang turut dihadiri anggota DPR I Komisi I, Charles Honoris itu, Luhkito menjelaskan soal kasus Libya, dengan waktu singkat negara tersebut dapat dihancurkan. Saat proses penghancurannya pun, lanjut dia, tidak ada satu pun militer yang dikirim ke Lybia.

“Aneh kan? Ini bisa terjadi di Indonesia,” jelasnya.

Menurut dia, Indonesia dengan keragaman budaya dan memiliki enam agama besar dianggap bisa menjadi modal kekuatan tapi sekaligus juga bisa menjadi kerawanan.

“Bapak kan bisa lihat kan situasi sekarang? Jadi ancaman militer bergeser ke ancaman non militer,” sambungnya.

Luhkito mengatakan kalau ancaman militer jelas TNI yang menghadapi. Namun situasinya sekarang yang muncul adalah ancaman non militer, apakah TNI bisa menghadapi ancaman non militer?

“Bisa gak tentara, tugasnya perang di hutan. Sehingga kementerian pertahanan berpikir, oh sekarang fokus ke militer, tapi kondisi sekarang kok sepertinya ancaman non militer yang dominan. Maka semua komponen bangsa itu harus perang menghadapi ancaman non militer,” tandasnya.

Baca Juga:  Satgas Catur BAIS TNI dan Tim Gabungan Sukses Gagalkan Pemyelundupan Ribuan Kaleng Miras Dari Malaysia

Pewarta: Romadhon
Editor: Achmad S.

Related Posts

1 of 3,150