Budaya / SeniCerpenInspirasi

KISAH KETEGUHAN IMAN MASYITAH

Kisah Keteguhan Iman Masyitah
Kisah Keteguhan Iman Masyitah

NUSANTARANEWS.CO – Kisah keteguhan iman Masyitah, wanita mulia yang makamnya harum semerbak. Kisah keteguhan iman Masyitah kini mungkin hampir dilupakan oleh kalangan umat islam. Terutama dikalangan anak-anak generasi muda saat ini yang mungkin sudah tidak pernah mendengar lagi kisah yang begitu inspiratif dalam kehidupan. Kisah keteguhan dan keyakinan menjadikan seseorang begitu mulia disisi Allah Swt.

Siapakah wanita mulia yang bernama Siti Masyitah tersebut? Dia adalah seorang wanita yang hidup di zaman Fir’aun yang berprofesi sebagai pengurus rumah tangga dan sekaligus mengurus anak-anaknya Fir’aun.

“Apa, di dalam kerajaanku ada yang menjadi pengikut Musa?” teriak Fir’aun dengan penuh amarah setelah mendengar cerita putrinya perihal keimanan Siti Masyitah.

Kejadian itu bermula, ketika pada suatu hari Masyitah sedang menyisir rambut putri Fir’aun, tiba-tiba sisir itu terjatuh – dengan reflek Masyitah mengucap Astagfirullah. Sehingga terbongkarlah keimanan Masyitah yang selama ini disembunyikannya.

Baru saja aku menerima laporan dari Hamman, menteriku, bahwa pengikut Musa terus bertambah setiap hari. Kini pelayanku sendiri ada yang berani memeluk agama yang dibawa Musa.

Baca Juga:  Ketum APTIKNAS Apresiasi Rekor MURI Menteri Kebudayaan RI Pertama

“Kurang ajar si Masyitah itu,” umpat Fir’aun.

“Panggil Masyitah kemari,” perintah Fir’aun pada pengawalnya.

Masyitah datang menghadap Fir’aun dengan tenang. Tidak ada secuil pun perasaan takut di hatinya. Ia yakin Allah senantiasa menyertainya.

“Masyitah, apakah benar kamu telah memeluk agama yang dibawa Musa?” tanya Fir’aun dengan amarah yang semakin meledak.

“Benar,” jawab Masyitah mantap.

“Kamu tahu akibatnya? Kamu sekeluarga akan saya bunuh,” bentak Fir’aun, sambil telunjuknya mengarah pada Siti Masyitah.

“Saya memutuskan untuk memeluk agama Allah, maka saya telah siap pula menanggung segala akibatnya.”

“Masyitah, apa kamu sudah gila! Kamu tidak sayang dengan nyawamu, suamimu, dan anak- anakmu.”

“Lebih baik mati daripada hidup dalam kemusyrikan.”

Melihat sikap Masyitah yang teguh memegang keimanannya, Fir’aun memerintahkan kepada para pengawalnya agar menghadapkan semua keluarga Masyitah kepadanya.

“Siapkan sebuah belanga besar, isi dengan air, dan masak hingga mendidih,” perintah Fir’aun lagi.

Ketika semua keluarga Siti Masyitah telah berkumpul, Fir’aun memulai pengadilannya.

Baca Juga:  Pencak Silat Budaya Ramaikan Jakarta Sport Festival 2024

“Masyitah, kamu lihat belanga besar di depanmu itu. Kamu dan keluargamu akan saya rebus. Saya berikan kesempatan sekali lagi, tinggalkan agama yang dibawa Musa dan kembalilah untuk menyembahku. Kalaulah kamu tidak sayang dengan nyawamu, paling tidak fikirkanlah keselamatan bayimu itu. Apakah kamu tidak kasihan padanya..?”

Mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Fir’aun, Siti Masyitah sempat bimbang. Tidak ada yang dikhawatirkannya dengan dirinya, suami, dan anak-anaknya yang lain, selain anak bungsunya yang masih bayi. Naluri keibuannya muncul. Ditatapnya bayi mungil dalam gendongannya.

“Yakinlah Masyitah, Allah pasti menyertaimu.” Sisi batinnya yang lain mengucap.

Ketika itu, terjadilah suatu keajaiban. Bayi yang masih menyusu itu tiba-tiba berbicara kepada ibunya, “Ibu, janganlah engkau bimbang. Yakinlah dengan janji Allah.”

Melihat bayinya dapat berkata-kata dengan fasih, menjadi teguhlah iman Masyitah. Ia yakin hal ini merupakan tanda bahwa Allah tidak meninggalkannya.

Allah pun membuktikan janji-Nya pada hamba-hamba-Nya yang memegang teguh (istiqamah) keimanannya.

Baca Juga:  Pencak Silat Budaya Ramaikan Jakarta Sport Festival 2024

Ketika Masyitah dan keluarganya dilemparkan satu persatu ke dalam belanga itu, Allah terlebih dahulu telah mencabut nyawa mereka, sehingga tidak merasakan tersiksa oleh panasnya air dalam belanga itu.

Demikianlah kisah seorang wanita shalihah bernama Siti Masyitah, yang tetap teguh memegang keimanannya walaupun dihadapkan pada bahaya yang akan merenggut nyawanya dan keluarganya.

Ketika Nabi Muhammad Saw melaksanakan isra’ dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsa di Palestina, beliau mencium aroma wangi yang berasal dari sebuah kuburan.

“Kuburan siapa itu, Jibril?” tanya baginda Nabi.

“Itu adalah kuburan seorang wanita shalihah yang bernama Siti Masyitah,” jawab Jibril. (M2).

 

Penulis: Abiya Jeunieb

Pimpinan Dayah Rauhul Mudi Al Aziziyah

Ketua Pusat BMU

Related Posts

1 of 3,050