NusantaraNews.co, Jakarta – Kondisi enokomi nasional menunjukkan kelesuan akut belakangan ini. Satu gejala (dari sekian banyak tanda) ialah massifnya kabar pemerintah berencana menjual sejumlah aset bangsa dengan dalih menarik keuntungan melimpah. Sejumlah pihak pecinta republik dan sayang bangsa Indonesia menyampaikan pemikirannya bahwa, yang namanya menjual aset bangsa kurang bijak.
Ketua Umum SATRIA Gerindra, Moh. Nizar Zahro misalnya, ia berani menyebut rencana pemerintah menjual aset-aset strategis ke pihak swata ibarat petir di siang bolong, yang mengagetkan seisi republik. “Daftar aset yang akan dilepas tak tanggung-tanggung, meliputi jalan tol, pelabuhan dan bandara,” ujar Nizar dalam tulisan bernasnya seperti disitir NusantaraNews.co, Kamis (16/11/2017) pagi.
Gilanya, lanjut Nizar, Bandara Soekarno-Hatta yang merupakan ikon kebanggaan dan juga pintu gerbang Indonesia, akan dilego juga. Padahal, kata dia, selama ini pemerintah selalu ngotot bahwa ekonomi masih terkendali. Bahkan Presiden Jokowi pernah menjanjikan ekonomi, ekonomi akan meroket tinggi.
“Presiden juga tak malu-malu berpidato di forum internasional bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tertinggi ketiga se-dunia, meskipun akhirnya dikoreksi setelah dikritik oleh ekonom Hong Kong,” kata Ketua DPP Partai Gerindra itu.
Menurut dia, jurus melego aset merupakan jalan pintas orang kepepet. Demikian halnya yang saat ini dilakukan oleh pemerintah, tak lebih menggambarkan kondisi pemerintah yg no money. Jika ekonomi baik-baik saja dan duit melimpah, maka tidak akan muncul pikiran pendek melego aset strategis.
“Sebelum geger-geger melego aset, pemerintah juga rajin keliling dunia mencari hutang, meskipun dibungkus dalam bahasa yang lebih sopan “mencari investor”. Nyatanya, adalah mencari hutang!!!,” cetus Nizar tanpa tedeng aling-aling.
Dunia tak merespon, tegas Nizar, kecuali China yang bersedia memberi pinjaman dan menanamkan duitnya di Indonesia. “Tapi jangan gembira dulu, China mematok persyaratan seabrek. Diantaranya Indonesia harus menerima TKA China. Maka lihatlah TKA China membanjir ke Indonesia,” ujarnya menukas. Tapi, lanjut Nizar, tak semua proyek China berjalan mulus. Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung mangkrak tanpa kejelasan kelanjutannya.
Nizar menuturkan, setelah memggenjot utang, pemerintah juga menggenjot pajak. Seabrek jaring menggait pajak dilembarkan ke publik diantaranya tax amnesty, PPn terhadap petani tebu, keleluasaan mengintip data nasabah bank, dll. “Namun tetap saja gagal mengerek penerimaan pajak. Hingga akhir Oktober 2017, pajak yang terkumpul baru 858 triliun dari target yang ditetapkan sebesar Rp. 1.238,6 triliun. Bayangkan, masih kurang Rp. 425,5 triliun,” tegasnya.
“Mampukah pemerintah mengumpulkan Rp.425,5 triliun hanya dalam tempo 2 bulan? Jelas sebuah mission impossible,” tanya Anggota Komisi V DPR RI itu.
Jika pemerintah gagal mengumpulkan Rp. 425,5 triliun, kata dia, maka ruang fiskal akan terganggu. Pasalnya, saat ini belanja pemerintah lah yang diharapkan menjadi stimulator untuk menggerakkan perekenomian nasional.
Konsumsi masyarakat yang tadinya selalu terdepan mengerek pertumbuhan nasional juga sedang menunjukkan tren penurunan. Maka hanya kepada pemerintah lah harapan itu ditambatkan.
“Sayang, duit di kas kering kerontang. Pajak meleset jauh dari yang diharapkan. Maka satu-satunya jalan adalah mengobral aset-aset yang dimiliki. Akhirnya jurus dewa mabuk pun dipakai juga,” katanya rada berseloroh.
Pewarta/Editor: Achmad Sulaiman