NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Kementan Klaim Produktivitas Petani RI Kalahkan Thailand. Kementerian Pertanian (Kementan ) mengklaim produktivitas pertanian beras Indonesia sudah mengalahkan Thailand.
“Saat ini, rata-rata produksi padi Indonesia telah mencapai 5,5 ton per hektare, sedangkan Thailand masih di sekjtar 3-4 ton per hektare,” ungkap Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian Hari Priyono dalam keterangan persnya di Jakarta ditulis , Sabtu (22/7/2017).
Selain produktivitas, harga beras di Indonesia juga masih lebih murah dibandingkan dengan negara Singapura, Thailand dan Malaysia.
“Jika ada yang bilang harga beras Indonesia termahal dibanding negara lain, itu tidak benar,” ucapnya.
Berdasarkan sebuah situs data base online, dari numbeo.com, harga beras Indonesia berada di urutan 102 dengan harga 0,90 dolar AS per kilogram dari 115 negara. Harga beras Indonesia jauh lebih rendah dari Thailand yang berada di urutan ke 83 sebesar 1,11 dolar AS per kg. Singapura berada di urutan 31 dengan harga 1,88 dolar AS per kg dan Malaysia berada di urutan 95 dengan harga 0,99 dolar AS per kilogram.
Sebagai pembanding, dilihat dari data Bloomberg tanggal II Juni 2017, disebutkan bahwa harga beras rata-rata internasional Rp 11.830 per kilogram setara 0,89 dolar AS per kilogram.
Meski demikian, Hari memastikan dengan harga tersebut petani Indonesia masih menikmati keuntungan. Karena, tahun ini harga gabah maupun harga beras berada di atas Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar Rp 3.700 per kilogram, gabah kering panen dan Rp 7.300 per kilogram. Rata-rata harga beras Juni 2017 sebesar Rp 10397 per kilogram.
“Sejak Januari hingga Juni 2017 harga beras terkendali dan petani masih dapat menikmati marjin yaitu Rp 65,7 triliun setahun,” tuturnya.
Hari mengaku tak setuju dengan pandangan beberapa kalangan yang inginkan harga beras di tingkat petani tidak melebihi Rp 4.000 per kilogram. Karena, ide tersebut akan merugikan petani.
Jika biaya produksi petani di Indonesia rata-rata 7-8 juta rupiah per hektare, maka dengan harga beras di tingkat petani sebesar Rp 4.000 per kg berarti setiap petani hanya memiliki keuntungan 4 juta rupiah setiap kali panen atau 1 juta rupiah per bulan.
Hari mengakui, data Badan Pusat Statistik (BPS) memang menyebutkan bahwa tingginya beras adalah penyumbang kemiskinan, sebesar 20,11 persen di perkotaan dan 26,46 persen di pedesaan.
Tapi data yang dimiliki oleh Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) juga memiliki catatan lain. KTNA mencatat bahwa kemiskinan di perdesaan turun sebanyak 18129 ribu orang yaitu 17 28 juta orang pada September 2016 menjadi 17,10 juta orang pada Maret 2017.
Sebelumnya, Ketua Umum KTNA Winarno Tohir menyebutkan Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) tahun 2017 juga cenderung naik. “Bulan Juni 2017 NTP sebesar 100.53, naik dibanding Mei 2017 yang sebesar 100,15. Sedangkan NTUP naik dari 109.13 pada Mel menjadi 109,59 pada Juni 2017,” ucapnya.
Pewarta: Ricard Andika
Editor: Achmad Sulaiman