Berita UtamaMancanegaraOpiniTerbaru

Kemana S-300 Suriah Ketika Amerika dan Israel Terus Meningkatkan Agresinya?

Kemana S-300 Suriah ketika Amerika dan Israel terus meningkatkan agresinya?
Kemana S-300 Suriah ketika Amerika dan Israel terus meningkatkan agresinya?/Foto: Sputnik News

NUSANTARANEWS.CO, Damaskus – Kemana S-300 Suriah ketika Amerika dan Israel terus meningkatkan agresinya? Seperti diketahui, Suriah adalah negara pertama yang mengoperasikan sistem pertahanan rudal S-200 yang dipasok oleh Uni Soviet sejak tahun 1983 – yang juga merupakan andaln utama pertahanan Soviet. Militer Suriah kemudian membentuk dua resimen rudal permukaan ke udara yang masing-masing terdiri dari dua baterai dengan total setidaknya 24 peluncur. Bahkan kabar terakhir Suriah dipasok hingga 50 peluncur.

Keberadaan S-200 yang memiliki jangkauan 150 mil tidak hanya dapat melindungi wilayah udara Suriah tetapi juga merupakan ancaman terhadap pesawat Israel, baik di atas udara Israel maupun Lebanon. Rudal yang dijuluki NATO Gammon ini juga efektif untuk mengintersep rudal balistik bahkan dapat dipersenjatai dengan hulu ledak nuklir untuk serangan permukaan.

Meski sistem radar dan rudal ini sempat mengalami kerusakan berat ketika koalisi Amerika Serikat (AS), barat dan teroris Al-Qaeda melancarkan agresi militer dan menguasai sepertiga wilayah Suriah.

Baca Juga:  Jokowi Tunjuk Adhi Karyono Pj Gubernur Jatim, Gus Fawait: Birokrat Cerdas Dan Berpengalaman

Namun sejak keterlibatan Rusia dalam Perang Suriah pada akhir 2015, telah ada upaya untuk memulihkan beberapa sistem S-200 Suriah. Dan pada bulan November 2016, menteri pertahanan Rusia mengkonfirmasi bahwa spesialis Rusia telah memperbaiki S-200 Suriah menjadi status operasional seperti di bandara Kweires, dekat Aleppo dan Ghouta Timur pada Oktober 2017.

Israel kerap membantah, meski berkali-kali Suriah berklaim telah menembak jatuh jet tempurnya dengan S-200. Baru pada 10 Februari 2018, Israel mengakui bahwa salah satu dari 8 jet tempur F-16I-nya tertembak jatuh ketika melakukan serangan udara ke wilayah Suriah. Jet itu jatuh di Lembah Yizreel, dekat Harduf, kedua pilot dilaporkan selamat.

Terkait dengan keampuhan S-200 Suriah, belakangan ini mulai timbul pertanyan kemana S-300 Rusia?

Suriah dilaporkan terlah menerima tiga batalion sistem S-300PM yang masing-masing dengan delapan peluncur. Kremlin sebagaimana dilansir TASS pada awal Oktober 2018 telah menyerahkan sistem pertahanan udara S-300PM ini kepada militer Suriah yang sebelumnya ditempatkan di salah satu resimen pasukan kedirgantaraan Rusia yang sekarang menggunakan sistem S-400 Triumf.

Baca Juga:  Dikenal Masyarakat dan Unggul Survei, Makmullah Harun Berpeluang Lolos di Pileg 2024

Bahkan sistem pertahanan S-300 ini telah di upgrade sehingga berada dalam kondisi siap tempur. Rusia mengirimkan sistem pertahanan ini berikut dengan 100 rudal surface-to-air berpandu untuk masing-masing batalion.

Rusia bahkan mengembar-gemborkan sebagai solusi mumpuni pertahanan Suriah dalam melawan serangan rudal maupun pesawat musuh.

Sebaliknya, fakta dilapangan menunjukkan bahwa secara obyektif S-300 Suriah tidak pernah digunakan untuk pertahanan yang sesungguhnya. Hanya terpajang untuk menakut-nakuti saja!

Tapi dengan membiarkan serangan rudal balistik AS melenggang dengan tenang menggunakan Jet tempur F-15 baru-baru ini, semakin mengusik banyak pihak tentang keberadaan S-300 di Suriah. Apalagi jet-jet tempur dan rudal Israel belakangan semakin intensif melakukan serangan.

Padahal sistem pertahanan S-200 telah terbukti ampuh menembak jatuh jet tempur Israel yang memasuki wilayah udara Suriah.

Atau Rusia memang belum memberikan kendali penuh untuk pengoperasian sistem pertahanan S-300 kepada militer Suriah yang dipastikan akan dipergunakan untuk menembak jatuh jet-jet Israel – yang dikhawatirkan akan menyebabkan situasi menjadi di luar kendali dan meningkatkan konflik hingga ketingkat regional bahkan global.

Baca Juga:  Anton Charliyan Lantik Gernas BP2MP Anti Radikalisme dan Intoleran Provinsi Jawa Timur

Atau takut S-300 yang digembar-gemborkan ternyata tidak mampu menghadapi teknologi AS dan barat sehingga membuat malu diri sendiri?

Atau sudah saatnya pemerintah Suriah memutuskan menggunakan rudal-rudal buatan Iran untuk pertahanan negara sekaligus meningkatkan eskalasi regional dan global? So, bagaimana Rusia? (Agus Setiawan)

Related Posts

1 of 3,049