NUSANTARANEWS.CO – Analis Senior Pertahanan Internasional, Timothy R. Heath dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa, kemampuan Tentara Pembebasan Rakyat (People’s Liberation Army/PLA) Angkatan Laut China menunjukkan kemampuan yang mengejutkan dua tahun terakhir ini. Tahun 2015, China mengungkapkan telah membangun kapal induk kedua dan kapal itu adalah kapal selam pertama yang akan berpatroli dalam rangka pencegahan nuklir.
“Terkait pemecahan konvensi akhir terhadap pangkalan militer di negara Lain, tahun lalu China mengumumkan bahwa pengaturan telah dibuat untuk mendukung pangkalan militer pertama di luar negeri, di Djibouti,” papar Timothy seperti dilansir WPR (World Politics Review) Februari 2015 lalu.
Timothy menjelaskan, PLA Angkatan laut selain sedang memperluas wilaya operasi dan kemampuannya untuk mengurangi kerentanan di dekat laut China, secara lebih agresif juga melancarkan ambisi perluasan (ekspansi) global dan menantang kepemimpinan AS di Asia.
“Misalnya seperti tingkat perdagangan yang terdukung sekian pertumbuhan menakjubkan yang mana telah mendorong perekonomian China menjadi kekuatan kedua di dunia, maka keamanan angkutan di jalur maritim pun jadi semakin penting,” katanya.
Disamping itu, lanjut Timothy, jumlah warga China dan aset berharga milik China di luar negeri bahkan telah diperluas juga, dengan badan usaha milik negara sendiri (BUMN China _red) dilaporkan akan mempekerjakan 300.000 warga China di luar negeri. Sementara itu, katanya, ketegangan di jalur maritim akhirnya timbul lantaran China berusaha untuk mengendalikan Laut Cina Selatan dan kepulauan Senkaku, yang diklaim sebagai Diaoyu.
Baca : 4800 Tentara China Masuk Indonesia, Dahrin La Ode: Terlalu Menyederhanakan Masalah
“Bahkan China secara terus-menerus senantiasa meningkatkan kekuatan angkatan lautnya untuk mendukung kontinjensi terkait dengan Taiwan dan skenario lainnya,” ujar Timothy.
Menanggapi ketegangan dan kerentanan ini, tambah Timothy, para pemimpin China mengarahkan militer untuk mendata seluas-luasnya perihal beragam perang, misi non-perang, dan tugas (kemiliteran). Seluruh layanan telah kerahkan untuk memfokuskan upaya modernisasi dan dengan penyesuaian operasi.
Timothy manmabhakan, sebuah laporan soal strategi meliter yang diterbitkan tahun 2015 silam menjelaskan bahwa PLA Angkatan laut akan “menggeser fokusnya” dari pertahanan dekat-laut ke “kombinasi pertahanan dekat laut dan ‘perlindungan laut jauh'”. Hal tersebut juga menjelaskan bahwa militer (China) akan membangun sebuah “kombinasi, multi-fungsi, dan efisiensi struktur tempur maritim.”
Baca : Bagi China, Indonesia adalah Pintu Masuk Menguasai Asean
“Hal ini menunjukkan bahwa PLA Angkatan laut bermaksud untuk meningkatkan pertahanan di “dekat laut” sebagaimana yang disebut dengan mata rantai pulau pertama, yang membentang dari Kepulauan Kuril di utara, melalui Jepang dan Taiwan, kemudian Filipina utara hingga Kalimantan di bagian selatan; di samping juga melindungi kepentingan “lautan jauh” seperti yang disebut rantai pulau kedua-yang secara kasar sesuai dengan bidang antara rantai pulau pertama dan garis mengemukakan berjalan dari Jepang melalui Guam ke Indonesia-dan seterusnya. Hal ini akan berusaha untuk meningkatkan koordinasi dengan Coast Guard Cihna (CCG),” kata Timothy menyudahi. (Sulaiman)