NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Sebagaimana diketahui tahun 2017 lalu presiden Jokowi berjanji akan mengambil alih aset negara RI yakni Indonesat yang saat ini dipegang investor Qatar. Sebelumnya pada era presiden Megawati Soekarno Putri, Indosat yang digadang gadang akan menjadi aset masa depan Indonesia dilepas ke Singapura.
Tanpa berpikir panjang kala itu, faktanya hari ini ruang angkasa dengan teknologi satelitnya justru berkembang menjadi tulang punggung suatu negara. Indosat merupakan kepanjangan nama dari Indonesian Satelit. Di mana proyek besar nasionalisme satelit itu telah digagas dan diprakarsai sejak tahun 1969 di era Presiden Soeharto. Dengan ditandai pembangunan Stasiun Bumi di Jatiluhur, Jawa Barat, sebagai infrastruktur pendukung satelit nasional.
Tujuannya tak lain sebagai jangkar pertahanan masa depan ruang angkasa Indonesia. Satelit adalah aset negara yang strategis. Soeharto kala itu telah berpikir melampaui zamannya bahwa satelit akan menjadi bagian dari hajat hidup orang banyak. Karenanya ia menginginkan agar Indonesia memiliki satelit sendiri yang tangguh.
Ia menilai satelit yang terintegrated dengan teknologi komunikasi dan teleskop merupakan panca indera suatu negara. Satelit dapat dipakai meramalkan iklim, memetakan daratan, memotret lokasi, mengindera sumber kekayaan alam, dan menjadi alat navigasi seperti GPS, dan lain sebagainya.
Baca Juga: Pembelian Saham Indosat Diprediksi Akan Dipaksakan Jelang Pilpres 2019
Bagi kepentingan asing yang sudah lama mengincar Indonesia, satelit Palapa merupakan aset strategis pertama yang harus dilumpuhkan dan direbut untuk melemahkan Indonesia. Alhasil, tanpa satelit, Indonesia menjadi buta dan tuli.
Dengan kepiawaian Gita Wirjawan yang pada saat itu bekerja sebagai konsultan Temasek Singapura – berhasil mengatur penjualan aset strategis itu dengan mulus. Maka beralih tanganlah Indosat dengan harga yang murah. Sejak penjualan itu, Indonesia menjadi ajang penyadapan asing. Dan pemilik baru Indosat meraup untung miliaran dolar.
Hal paling menyakitkan adalah privasi Indonesia sebagai bangsa diketahui oleh orang lain. Bayangkan seluruh komunikasi, transaksi perbankan bahkan rahasia negara bisa dimonitor secara transparan oleh kekuatan asing.
Sehingga untuk memata-matai Indonesia tidak perlu repot-repot melakukan penyadapan dan operasi intelijen. Karena Indonesia memang sudah telanjang bulat termasuk dalam sistem pertahanan dan keamanan negara.
Jika kondisi telanjang bulat tersebut terus dibiarkan berlarut-larut maka integritas NKRI akan porak-poranda diserbu predator-predator korporasi transnasional yang kelaparan di era global.
Namun, rencana untuk buy back Indosat kini dalam situasi berat. Selain karena dibutuhkan nominal yang berlipat ganda dari harga saham saat dilepas ke Singapura, situasi ini juga diperburuk dengan kondisi utang serta nilai tukar rupiah yang terus terseok-seok.
Bahkan Menteri Keuangan Sri Mulyani sendiri sejauh ini juga masih belum memiliki solusi pasti untuk keluar dari kemelut rupiah. Itulah alasan kuat mengapa presiden Jokowi harus menyusun ulang agenda mengambil alih Indosat.
Nasi telah jadi bubur. Dalam hal ini Jokowi harus realistis dan mampu mengekang syahwat politiknya untuk kepentingan pribadi di Pilpres 2019. Demi Indonesia untuk kembali menjadi Macan Asia. Semoga!
Editor: Romadhon