Budaya / SeniPuisi

Jelangkung dan Rengkuhan Tuhan – Puisi Dyah Titi Sumpenowati

Jelangkung. (FOTO: Istimewa)
Jelangkung. (FOTO: Istimewa)

Pamit

 

Waktu tak pernah menunggu

Sebab itu aku berlari

Secepat cahaya mengejar asaku

Teruntuk yang terkasih

Kurajut mimpi bertemankan doamu

Doakan aku selalu

Ini sebentar

Pergi untuk pulang

Tertanda anakmu

 

Banyumas, 1 Sreptember 2018

 

Muka Dua

 

Terkadang aku tak bisa terima

Percakapan mereka yang terlalu berlebih

Di satu waktu banyak membantu

Tapi lain hari menikam tubuhku

Percakapan itu menusukku

Berbicara di belakang

 

Sakitnya bereportasi ke hati

Perih sesak  bekas tikaman itu

Katanya terngiang

Meleburkan perasaan

Hanya satu pintaku

Semoga Tuhan sembuhkan jiwaku

 

Purwokerto, 24 Februari 2019

 

Bercermin

 

Marilah bercermin kawan

Tiap syair punya sihir

Sadari atau tidak

Marilah kita berfikir

 

Randu tumbang saat itu

Bukankah sama denganmu

Ini sulit kawan

Ada dianggap tiada

 

Gerimis kala itu…

Suara Isak tangis disampingmu

Tak dengarkah kau kawan

Yang terluka tak akan kembali sama

Marilah bercermin kawan

Baca Juga:  Pencak Silat Budaya Ramaikan Jakarta Sport Festival 2024

 

Purwokerto, 24 Februari 2019

 

Jelangkung

 

Mantra itu sama, masih melegenda

Masih  betahkah engkau memainkannya

Datang tak dijemput…,Pulang tak diantar….

Jelangkung…. Jelangkung….

Masih sanggupkah kau mainkannya

 

Syair itu masih membawa duka

Luka hati seorang manusia

Dendam kesumat yang menjerat

Tiap-tiap hati yang terikat

Duka lara dimainkannya

 

Jelangkung… Jelangkung…

Datang tak dijemput…,Pulang tak diantar…

Masih sanggupkah kau mendengarnya

Permainan ini bisa jadi pembalasan

Sadarkah kau lidahmu terlalu pahit

Sihir ini masih ada..

Bukan mitos belaka

Jelangkung… Jelangkung…

 

Purwokerto, 24 Februari 2019

 

Kerabat Terdekat

 

Perjalananku tertatih

Sebab badai malam itu menghajarku

Di tempat ini kujumpa denganmu

Senasib seperjuanganku

Tapal batas teritorial negeriku

Memberi aba jauh disana

 

Mungkin waktu kita sebentar

Selayaknya kapal yang singgah di dermaga

Kuharap kita jadi keluarga

Mungkin nanti kamu pergi

Tapi kuharap kita kan jumpa lagi

Memang hari ini masih bersama

Baca Juga:  Ketum APTIKNAS Apresiasi Rekor MURI Menteri Kebudayaan RI Pertama

Tapi dekade berikutnya kuharap kau tak lupa

Ombak itu sudah pecah

Senjaku sudah datang

Mari kawan, kita pulang

 

Purwokerto, 22 Februari 2019

 

Rengkuhan Tuhan

 

Hari berganti lalu berlalu

Susah senang pasti datang

Seperti roda yang berputar

Jika hatimu penuh dendam

Segera sembuhkan

Aku hamba hina

Yang menghamba pada Tuhan semesta

Suka dukaku kupasrahkan padaNya

 

Malam itu…

Menangis ditengah sunyi

Aku mengadu pada Rabbku

Sungguh tenang….

Ia merengkuhku, mengajakku muhassabah diri

 

Angin malam itu…

Membiskkkan pengampunan Rabbku

Bintang disana menyambut hangat

Malaikat berjajar bermunajat

Memberi pelukan mendoakan

Aku menyambut rengkuhan Tuhan

 

Purwokerto, 24 Februari 2019

 

Dyah Titi Sumpenowati, kelahiran Banyumas, 30 Januari 1999.  Menyukai sastra dan seni, suka menulis, menyukai musik dan tertarik belajar bahasa Inggris, saat ini menjadi mahasiswa semester 2 di IAIN Purwokerto. Bisa dihubungi via, email: [email protected], [email protected],  dts_dyati18, Twitter: dts_dyati18

__________________________________

Baca Juga:  Pencak Silat Budaya Ramaikan Jakarta Sport Festival 2024

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected]

Baca: 10 Hal Yang Harus Diketahui Sebelum Kirim Tulisan ke Nusantaranews.co

Related Posts

1 of 3,187