Budaya / SeniEkonomiPolitik

Jaya Suprana: Selusin Bukan Dambaan Wong Cilik Nusantara

wong cilik nusantara, jaya suprana, founder muri, sekber indonesia, negara indonesia, penderitaan rakyat, rakyat kecil, pembela kemanusian, pak jay, kelirumologis, nusantaranews
Humanitarian Study Institute & Founder MURI, Jaya Suprana dalam diskusi bertajuk Yang Didambakan Wong Cilik Nusantara di kantor Sekber Indonesia, Jl. Taman Amir Hamzah, Rabu (29/8/2018) malam. (Foto: NUSANTARANEWS.CO/Achmad S)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Sekber Indonesia hadirkan Humanitarian Study Institute & Founder MURI, Jaya Suprana dalam diskusi bertajuk Yang Didambakan Wong Cilik Nusantara di kantor Sekber Indonesia, Jl. Taman Amir Hamzah, Rabu (29/8/2018) malam.

Memulai paparannya, Jaya Suprana bertanya-tanya atas situasi kebangsaan hari ini, Negara Indonesia ini sebenarnya untuk siapa?

“Menurut saya untuk rakyat kecil yang hingga hari ini belum menikmati kemerdekaan Indonesia,” jawab pembela kemanusian yang kerap disapa Pak Jay ini.

Selanjutnya, Jay menyampaikan selusin yang bukan dambaan wong cilik dalam perapektif kemanusian.

“Berdasar penghayatan terhadap amanat penderitaan rakyat yang tersuarakan di kampung Pulo, Kalijodo, Kalibata, Kampung Aquarium, Tangerang, Sukomulyo, Kendeng, Kulon Progo, Pulau Pasir, Tulang Bawang, Papua dan berbagai pelosok Nusantara masa kini,” ungkapnya.

Jaya pun menegaskankan penghayatannya atas vonis hukuman penjara lebih dari setahun terhadap kaum perempuan. Selain itu juga mendaskan pengahayatannya terhadap kenyataan bahwa, Jokowi-Prabowo bersatupadu dalam pelukan menyambut medali emas pencak silat.

Baca Juga:  Mobilisasi Ekonomi Tinggi, Agung Mulyono: Dukung Pembangunan MRT di Surabaya

Melalui telaah Sanggar Pembelajaran Kemanusiaan, Jaya Suprana mencoba menarik beberapa kesimpulan kelirumologis mengenai apa sebenarnya yang didambakan wong cilik. Ternyata juga ada selusin kata dia.

“Bukan kemilau angka statistik keberhasilan pembangunan ekonomi tetapi tindakan nyata menyejahterakan rakyat selaras keadilan sosial untuk Seluruh (bukam sebagian) rakyat Indonesia,” sebut Jaya.

Kedua, lanjutnya, bukan kebijakan pemerintah yang menyengsarakan namun menyejahterakan rakyat; ketiga, bukan pembangunan yang mengobarkan alam dan rakyat tetapi menjunjung tinggi kelestarian alam dan kesejahteraan rakyat sesuai agenda pembangunan berkelanjutan.

“Bukan penindasan tetapi pertolongan terhadap yang tidak berdaya melawan penindasan,” kata Jaya menyebut yang kelima.

Terakhir, alias yang keduabelas, lanjut Jaya, bukan pemilu penuh kebencian namun pemilu jujur, adil, dan damai sesuai suri teladan Jokowi-Prabowo bersatupadu dalam pelukan.

Demikian, beberapa dari selusin-bukan dambaan wong cilik di Indonesia hasil telaah Humanitarian Study Institute.

Pewarta: Achmad S.
Editor: Alya Karen

Related Posts

1 of 3,051