Budaya / SeniPuisi

Jalan Keabadian, Semesta Teduh di Hati Ibu

Puisi Norrahman Alif

Gelombang Rindu

Laut tak pernah bertanya
Asin garam milik siapa
Tetapi diriku
tak puas-puas bertanya
Mengapa yang pergi selalu
Kenangan datang dalam kalbu
Karena yang berlalu
Adalah jejak-jejak rindu
Memang ketika hati merasa kehilangan
Yang paling utuh hanyalah kerinduan
Karena rindu tak pernah melihat
jarak dan waktu

Kutub, 2016

Semesta Teduh
di Hati Ibu

Di tengah sorak-sorai jantung kota
Pada kebisuan jiwa
Hatiku tercegat di jalan luka
Tak mampu lari dari gugur daun kenyataan
Nasib lukaku tetap senantisa beku
Dan mengeras seperti batu
Hidup jauh dari teduhnya semesta hati ibu
layaknya rindu yang tak pernah engkau tau

Kutub, 2016

Jalan Keabadian

Di laut, sampan bergelombang senyap
dan perih hari semisal angin menerpa dengan usia gugur
tiap-tiap waktu melangkah

Sampan terus berlayar serta nyali menyala
menjaring mutiara namun sampah lebih
bercahaya di tubir mata dan jiwaku

Laut tak abadi telak surut di kala maut pasang
dan di batin ruh menakwil arah kematian
membuat getir dan hati-hati melayar

Baca Juga:  Pencak Silat Budaya Ramaikan Jakarta Sport Festival 2024

Sebab ketiadaan tak bisa di ramal dengan akal
dan kehidupan
hanya bisa dinilai dari keseimbangan iman

2016

di Dasar Kolam

Bulan-bulan bergantung di tangan-tangan pohon rindang
Bintang-bintang terperangkap dalam sangkar
berdenyar di dekat dinding telanjang.
Seluruhnya menjadi bercahaya, lalu imajiku jatuh ke kolam
Kata berenang dan mengarus dalam sajak-sajak malam
Sedang kita disini, di tepian ini
lama mengisi bangku-bangku yang hampir sepi
bersama kopi di dada meja putih, yang tak sedap lagi
( yang dahulu telah menjadi ampas waktu
dan kini kembali merindu )
tapi mengapa kita masih betah di tepian ini!
Padahal mata yang berhadapan makin giat berbicara sendiri
dengan isyarat kedip yang perih
Serta anginpun halus berjalan menyibak dedaun malam sambil
menimang dingin yang meronta dan menjerit di dekat diri kita
Lalu tubuh mulai terganggu, lenganpun di pertemukan waktu
dan berpelukan menjadi sebuah kehangata malam yang sederhana.

Kutub, 2016

Norrahman Alif, Lahir di Sumenep Madura Jawa Timur, 01 Mei 1995. Menulis esai, puisi dan bergit di Lesehan Sastra Kutub Yogyakarta. Email: [email protected].

Related Posts

1 of 121