Hujan, Rindu dan Mawar
Puisi Silvana Farhani
Hujan, dan Tak Lagi Rindu
;Awan
Wan,
Kali ini kau tak lagi bisa menyuruhku menghitung tetesnya lagi
Sebab, aku tak lagi rindu
Biar kau bergemuruh
Sirami saja aku,
Biarkan tubuhku gigil bersama pilu
Wan,
Cepatlah deras, aku menangis
Agar tak seorangpun mendengar isakku
Lama sudah aku tak bercengkrama dengan air mata
Hingga ku lupa akan asin yang mengalir tiba-tiba
Menuju ujung lidah
Guluk-guluk, 30 Juni 2019
Mawar yang Kurawat
Wan,
Kau tak mungkin tahu mawar yang diam-diam kurawat dalam dada
Sembari mengintip melati layu di hatimu
Sesekali aku berdalih di depanmu
Bercerita tentang sosok yang telah kujaga
Wan,
Pantaskah mawar ini merekah hingga kelopaknya tak tersisa?
Hingga tersisa duri di pucuk dada
Melihat kebagiaan yang sedari dulu menjadi bayangan
Wan,
Kali ini, tak perlu lagi kusembunyikan mawar ini
Akan kupersilakan kau memandangnya
Hingga kau paham akan cerita di setiap kelopaknya
Dan kau mengerti akan harap yang selalu kuurungkan
Wan,
Jika kau tak paham, cukup kau simpan saja
Jangan kau buang
Sebab mawar itu berduri
: cukup aku saja yang berdarah
Panagan-Annuqayah, 2019
Penulis: Silvana Farhani, kelahiran Sumenep, 25 Oktober 2001 di sebuah Desa Panagan Gapura Sumenep. Salah satu siswa MA 1 Annuqayah Putri sekaligus nyantri di Pondok Pesantren Annuqayah daerah Lubangsa Putri Guluk-guluk Sumenep Madura. Aktif di: Kompas Gapura, Supernova Ikstida dan bisa dihubungi melalui surel [email protected]