Puisi

Hujan, Rindu dan Mawar

Gadis di tengah Hujan di muka lukisan Watter Dance," tanah yang sedang dilanda hujan - Karya anak autis usia 6 tahun, Iris Grace. (Foto: Ilustrasi SelArt/Nusantaranews)
Gadis di tengah Hujan di muka lukisan Watter Dance,” tanah yang sedang dilanda hujan – Karya anak autis usia 6 tahun, Iris Grace. (Foto: Ilustrasi SelArt/Nusantaranews)

Hujan, Rindu dan Mawar
Puisi Silvana Farhani

 

Hujan, dan Tak Lagi Rindu
;Awan

Wan,
Kali ini kau tak lagi bisa menyuruhku menghitung tetesnya lagi
Sebab, aku tak lagi rindu
Biar kau bergemuruh
Sirami saja aku,
Biarkan tubuhku gigil bersama pilu

Wan,
Cepatlah deras, aku menangis
Agar tak seorangpun mendengar isakku
Lama sudah aku tak bercengkrama dengan air mata
Hingga ku lupa akan asin yang mengalir tiba-tiba
Menuju ujung lidah

Guluk-guluk, 30 Juni 2019

 

 

Mawar yang Kurawat

Wan,
Kau tak mungkin tahu mawar yang diam-diam kurawat dalam dada
Sembari mengintip melati layu di hatimu
Sesekali aku berdalih di depanmu
Bercerita tentang sosok yang telah kujaga
Wan,
Pantaskah mawar ini merekah hingga kelopaknya tak tersisa?
Hingga tersisa duri di pucuk dada
Melihat kebagiaan yang sedari dulu menjadi bayangan
Wan,
Kali ini, tak perlu lagi kusembunyikan mawar ini
Akan kupersilakan kau memandangnya
Hingga kau paham akan cerita di setiap kelopaknya
Dan kau mengerti akan harap yang selalu kuurungkan
Wan,
Jika kau tak paham, cukup kau simpan saja
Jangan kau buang
Sebab mawar itu berduri
: cukup aku saja yang berdarah

Panagan-Annuqayah, 2019

 

 

 

 

Penulis: Silvana Farhani, kelahiran Sumenep, 25 Oktober 2001 di sebuah Desa Panagan Gapura Sumenep. Salah satu siswa MA 1 Annuqayah Putri sekaligus nyantri di Pondok Pesantren Annuqayah daerah Lubangsa Putri Guluk-guluk Sumenep Madura. Aktif di: Kompas Gapura, Supernova Ikstida dan bisa dihubungi melalui surel [email protected]

Related Posts

1 of 3,054