Hukum

HMI dan KAHMI Bengkulu Ambil Sikap Terkait Tindakan Kekerasan dari Aparat Kepolisian

hmi bengkulu, kahmi bengkulu, demonstrasi bengkulu, mahasiswa bengkulu, aktivis bengkulu, dprd bengkulu, aksi hmi, nusnataranews, nusnatara news
ILUSTRASI – Aksi demonstrasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). (Foto: dok. NUSANTARANEWS.CO)

NUSANTARANEWS.CO, Bengkulu – Aksi demonstrasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Provinsi Bengkulu pada Selasa (18/9) berakhir ricuh. Aksi HMI ini mengkritisi kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat kecil.

HMI dan KAHMI Bengkulu mengeluarkan pernyataan resmi terkait aksi demonstrasi yang berlangsung di depan gedung DPRD Provinsi Bengkulu itu.

“Indonesia sebagai negara demokrasi yang seharusnya melibatkan masyarakat dalam pelaksanaannya. Negara yang seharusnya mendengar setiap aspirasi masyarakat. Negara yang seharusnya dapat melindungi dan menjamin hak-hak masyarakat dalam berekspresi dan menyampaikan pendapat. Negara demokrasi yang bearadab harus seperti itu pada mestinya. Namun kemerdekaan menyatakan pendapat yang menjadi hak masyarakat dan dijamin dalam hukum tertinggi di republik ini telah diciderai pada kenyataannya,” kata HMI dan KAHMI Bengkulu, Rabu (19/9/2018).

Adapun kronologis aksi demonstrasi tersebut sebagai berikut.

Chaos I

Selepas melaksanakan sholat zuhur bersama di masjid Raya Baitul Izzah, massa berkumpul di depan masjid yang berhadapan dengan kantor DPRD. Korlap (Kholid) memimpin pembukaan aksi pada pukul 12.43 dan diiringi doa yang dipimpin korlap 2 (Deka, Komisariat Unihaz).

Setelah itu, massa berjalan menuju gerbang kantor DPRD Provinsi Bengkulu untuk memulai demonstrasi. Penyampaian orasi pertama disampaikan oleh Mazako, kedua oleh Hernandes, selanjutnya Agung menyampaikan orasi sebagai pembangkit semangat. kemudian oleh Krisna dan akbar sampai meneteskan air mata.

Selepas penutupan orasi, massa meminta untuk membuka gerbang, namun ada oknum polisi yang memukul kepala salah satu kader (Dodi) dan sempat adu mulut aparat dengan demonstran. Setelah diamankan, salah satu anggota DPRD keluar.

Baca Juga:  Korban Soegiharto Sebut Terdakwa Rudy D. Muliadi Bohongi Majelis Hakim dan JPU

Salah satu kader menyampaikan dan sempat ricuh, lalu Yuda selaku Formatur HMI Cabang Bengkulu menenangkan massa dan meminta kepada aparat agar dapat maasuk kedalam gedung DPRD untuk berdiskusi. Namun gerbang tetap dijaga, dan aksi saling dorong pun berlangsung hingga membuat kericuhan demonstran dan aparat.

Polisi melakukan tindakan represif terhadap massa aksi dengan menyemprotkan water canon untuk membubarkan massa. Bersamaan dengan itu, ditembakan gas air mata sehingga kea rah demonstran membuat massa aksi berhamburan menjauh. Karena lebih dari 3 tembakan menimbulkan korban, yang langsung dilarikan ke rumah sakit (Zelig Ilham Hamka, Komisariat Hukum) disusul dengan Unu, Komisariat Dehasen yang kritis, dibawa kerumah sakit.

Chaos II

Setelah gas air mata yang memenuhi area demonstrasi menghilang, massa aksi kembali merapat ke depan gerbang Kantor DPRD. Massa tetap berusaha untuk membuka gerbang kantor DPRD kota Bengkulu, dengan mendesak dewan anggota DPRD turun menemui para demonstran. Aparat polisi pun mulai dikeraahkan dengan pasukan yang lebih banyak.

Setelah itu aparat kembali mengeluarkan beberapa gas air mata dan melemparkan ke beberapa titik disekitaar gedung Golkar, masjid, dan sekolah sehingga massa berhamburan. Padahal sebelumnya ditempat sudah dinegosiasi dengan pihak polisi, agar pihak polisi tidak mengeluarkan senjatanya.

Akan tetapi, hasil negosiasi tersebut tidak sesuai dengan apa yang telah dinegosiasikan, polisi tetap mengeluarkan senjata. Setelah diketahui polisi mengeluarkan senjatanya, para kader HMI berhamburan kembali untuk menyelamatkan diri.

Chaos III

Setelah massa mulai tenang dan mengumpulkan tenaga kembali massa mencoba membakar kayu dan daun kelapa, pada tahap ketiga ini massa masih saja tetap kekeh untuk mencoba masuk kedalam kantor DPRD dengan alasan supaya dapat ngobrol bernegosiasi dengan para anggota DPRD.

Baca Juga:  Polres Pamekasan Sukses Kembalikan 15 Sepeda Motor Curian kepada Pemiliknya: Respons Cepat dalam Penanganan Kasus Curanmor

Selanjutnya massa mencoba untuk membuka pintu gerbang dengan paksa, setelah gerbang terbuka kurang lebih 1,5 meter massa mencoba masuk. Namun, dari dalam gerbang itu mereka mengeluarkan polisi.

Polisi mulai merapat dan mendekati massa dan mencoba menarik satu kader HmI, Disinilah terjadi banyak kecekcokan yang dimulai oleh para oknum untuk menarik kaader (Noven Kom. IAIN).

Beberapa kader juga ditarik dan diinjak-injak kemudian diseret dan ditarik rambutnya (Priska Kom. Ekonomi UNIB, Kanda M. Priatno Presidium KAHMI, Dede Irawan Kom. FKIP UNIB, Kholid Korlap 1). Pada fase ini, massa mulai berhamburan dikarenakan tembakan gas airmata, peluru karet dan senjata api yang ditembakkan ke atas serta menyemprotkan water canon.

Tindakan represif tersebut dengan menembakkan gas air mata ke beberapa titik seperti di sekitar masjid Baitul Izza, kantor partai golkar, dan gang disebelah kantor Golkar bertepatan dengan rumah warga sekitar. Akibat itu, massa aksi berhamburan mengamankan diri ke berbagai tempat.

Kemudian, aparat kepolisian menyisir jalan sekitar kantor DPRD. Setelah kurang lebih 30 menit massa berkumpul didekat masjid Baitul Izza untuk beristirahat dan Sholat Ashar. Kemudian massa kembali Ke sekretariat HMI cabang Bengkulu.

Menurut HMI dan KAHMI Bengkulu, mahasiswa yang seharusnya mendapatkan hak-haknya berupa perlindungan dalam melaksanakan kewajibannya yaitu menyampaikan aspirasi masyarakat. Seketika dibungkam dengan cara-cara yang tidak terpuji, yang di mana tindakan itu dilakukan oleh kepolisian yang notabene-nya adalah pelindung dan penganyom mayarakat.

Baca Juga:  UKW Gate Tak Tersentuh Media Nasional

“Kepolisian sebagai lembaga negara yang idealnya dapat menjadi penganyom utama masyarakat telah gagal menjalankan tugasnya secara professional dalam mengawal penyampaian aspirasi masyarakat, hal ini terbukti secara nyata pada kejadian ini,” katanya.

Ditambahkan, arogansi beberapa oknum polisi memanfaatkan kekuatan yang ada padanya dan mengenyampingkan prosedural pengawalan aksi demonstrasi, telah secara sepihak mengambil tindakan kekerasan dalam membubarkan masa demonstran.

“Demonstrasi sebagai bagian dari ekspresi menyatakan pendapat yang dijamin dalam negara demokrasi hendaknya ditangani dan dikawal secara professional tanpa menimbulkan korban seperti yang terjadi ini,” tambahnya.

“Kami sangat geram melihat tindakan aparat yang digaji atas uang rakyat yang menampakkan ketidakprofesionalan dalam mengawal penyampaian aspirasi mahasiswa. Namun saat ini akan kami buktikan bahwa kami tidak tidur, bahwa kami tidak akan tinggal diam, kita akan tetap hidup, bahkan tumbuh lebih baik dari yang mereka pikirkan dan ingat gerakkan Mahasiswa tidak akan pernah padam,” jelas HMI dan KAHMI Bengkulu.

Selanjutnya HMI Cabang Bengkulu dan KAHMI Majelis Wilayah Provinsi Bengkulu menuntut dan menghimbau tiga hal.

Pertama, menuntut aparat kepolisian untuk segera membebaskan kader HMI dan Alumni HMI yang ditahan karena aksi ini. Kedua, menuntut Kapolda Provinsi Bengkulu bertanggung jawab penuh atas tindakan represif aparat kepolisian.

Ketiga, menghimbau seluruh kader HMI diseluruh kampus di Proinsi Bengkulu untuk segera mengkonsolidasikan diri dalam rangka menindaki aksi-aksi selanjutnya. (eda/bya)

Editor: M Yahya Suprabana

Related Posts

1 of 5