Hitam dan Keriting Itu Anugrah, Mari Jangan Takut ke Papua

Keceriaan Anak-Anak Papua (Foto Ilustrasi/Istimewa)

Anak-Anak Papua (Foto Ilustrasi/Istimewa)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Papua, daerah yang jauh dari sentuhan pembangunan dan modernisasi. Papua kerap dipandang sebagai provinsi dan masyarakatnya yang tertinggal jauh dari kemajuan dibandingkan provinsi dan masyarakat lain di Indonesia.

Papua dianggap semakin terpuruk oleh banyaknya pemberitaan yang menyudutkan manusia dan bangsa Papua. Padahal, Papua memiliki ragam adat suku dan budaya serta menyimpan kekayaan alam yang luar biasa.

Hal itu disampaikan oleh Alexander Kapisa selaku di Jakarta dalam diskusi terbuka yang dihadiri oleh perwakilan Pemerintah Provinsi Papua dan Komunitas Pemerhati Budaya Papua di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (31/10).

“Papua itu negeri yang indah, tapi selalu diberitakan dan digambarkan tidak aman. Padahal tidak seperti itu. Kami memang hitam dan keriting, tapi kami itu orang yang ramah. Kami boleh bilang kalau kami adalah orang Indonesia yang paling cinta Indonesia dibandingkan suku lainnya di Indonesia kini,” ujar Kepala Kantor Badan Penghubung Provinsi Papua, Alexander Kapisa dalam keterangan tertulisnya yang diterima, Rabu (1/11/2017).

Menurut Kapisa, potensi seni dan budaya serta keindahan alam Papua harus dikembangkan untuk membangun Papua. Sinerginya juga harus dilakukan oleh semua pihak, mulai dari pemerintah pusat hingga pemerintah daerah hingga setiap ‘Orang Papua’ saat ini.

Kapisa menekankan, yang dimaksud dengan Orang Papua meliputi orang asli Papua maupun setiap individu yang menjejakkan kaki dan hidup di Tanah Papua.

Kapisa menunjukkan bukti lewat penggunaan bahasa Indonesia oleh masyarakat Papua saat ini. Dijelaskannya, meski terdapat ratusan bahasa ibu yang digunakan orang asli Papua, bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi antarsuku di Papua sekaligus menghormati satu sama lain, termasuk pendatang adalah bahasa Indonesia.

Karena itu, kata Kapisa, ada pandangan yang menarik di Papua bahwa pendatang tidak akan pernah tersesat di tanah Papua.

“Jadi kami orang Papua mungkin adalah entitas yang paling menghargai bahasa Indonesia. Karena ada ratusan bahasa asli di setiap suku Papua. Beda di gunung, beda di lembah juga beda di pantai. Tetapi lewat bahasa Indonesia, kami jadi bersatu,” ungkapnya.

“Jadi jangan takut datang ke Papua. Walaupun Papua masih hutan belantara, dijamin tidak akan tersesat, karena semua orang Papua memakai bahasa Indonesia (yang) beda dengan beberapa daerah lain (di Indonesia),” ucapnya.

Selain itu, Alexander juga sempat menyinggung penetapan lima Kawasan Adat Papua serta Pekan Olahraga Nasional (PON) tahun 2020 yang diusulkan Gubernur Papua, Lukas Enembe.

Kapisa berharap, kedua momentum itu dapat menjadi kebangkitan Papua sekaligus menarik investor untuk membangun kepercayaan dunia terhadap Papua. “Bagi kami ini sebuah kebangkitan bagi orang Papua, bagaimana sebuah event nasional ini dapat memberikan kesejahteraan bagi orang Papua,” tutur dia.

Pewarta: Ricard Andika
Editor: Romandhon

Exit mobile version