Berita UtamaEkonomiLintas NusaTerbaru

Harga Gula Internasional Mahal, Saatnya Indonesia Lepas Tergantungan Impor

Harga Gula Internasional Mahal, Saatnya Indonesia Lepas Tergantungan Impor
Harga Gula Internasional Mahal, Saatnya Indonesia Lepas Tergantungan Impor

NUSANTARANEWS.CO, Surabaya – Pemerintah sudah saatnya mengurangi ketergantungan terhadap barang impor khususnya kebutuhan sehari-hari, misalnya gula, beras, jagung dan lainnya.

Menurut anggota komisi B DPRD Jawa Timur Agusdono Wibawanto mengatakan sudah saatnya pemerintah sekarang ini jangan suka mendatangkan barang impor. “Saya mengambil contoh komoditi gula yang mana saat ini harga gula tingkat internasional sangat tinggi sehingga kesulitan untuk mendatangkan impor,”terang politisi Demokrat ini,  Selasa (6/11/2023).

Pria yang akrab dipanggil Gusdon ini mengatakan untuk mengurangi ketergantungan impor, pemerintah harusnya meningkatkan anggaran di sektor perkebunan. “Di Jawa Timur ada dua pabrik gula baru. Namun, fakta dilapangan apakah mereka punya kebun sendiri. Akibatnya selama ini setiap masa panen, para petani tebu selalu muter cari pabrik yang beri rendemen tinggi,” lanjut pria asal Malang ini.

Seharusnya, kata dia, sistem yang harus dibangun pemerintah selain revitalisasi pabrik gula milik PTPN, harusnya dilakukan penguatan disektor hulu. “Zaman orde baru ada kewajiban negara dan masyarakat menanam tebu. Kalau sekarang tidak yang berdampak produksi rendemen turun. Dengan fakta ini, maka peluang pemerintah melakukan impor,” lanjutnya.

Baca Juga:  Prabowo-Gibran Resmi Menang Pilpres 2024, Gus Fawait: Iklim Demokrasi Indonesia Sudah Dewasa

Dengan banyaknya negara internasional yang menahan gulanya untuk tidak di impor, lanjutnya, maka pemerintah nekat mendatangkan impor gula yang berbentuk raw sugar dan gula yang masih mentah. “Nanti diolah di pabrik gula milik Indonesia,” jelasnya.

Agusdono mengatakan pihaknya minta kepada pemerintah ke depan segera mengembangkan tebu yang memiliki rendemen tinggi, dan memberikan kepastian data yang jelas tentang pertebuan. “Perlu ada evaluasi menyeluruh yang berkaitan dengan produksi gula dan perlu pembenahan diposisi hulu,” lanjutnya.

Selama ini, kata Gus Don, petani tebu tidak pernah mendapatkan pupuk subsidi dan air cukup. “Tebu itu untuk hasilnya produksinya yang baik perlu air cukup. Perlu ada pemetaan daerah-daerah mana yang layak untuk ditanami tebu. Kalau sudah ada pemetaan sudah dihitung rendemennya,” terangnya.

Harga gula di tingkat konsumen terpantau terus mengalami kenaikan yang signifikan, berdasarkan panel harga Badan Pangan menunjukkan harga gula terpantau mengalami kenaikan Rp 40 dari pekan sebelumnya menjadi Rp16.050 per kg atau di atas Harga Acuan Pembelian (HAP) Rp 14.500 per kg.

Baca Juga:  Bupati Nunukan dan BP2MI Tandatangani MoU Perlindungan Pekerja Migran Indonesia

Namun, kenaikan harga pada komoditas gula tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan harga gula internasional saat ini juga tengah melonjak tinggi.

Harga gula mentah atau raw sugar per 1 November 2023 sudah mencapai US$ 27,50 cent per pon spot New York. Sementara harga normal raw sugar dua tahun yang lalu masih berada di US$ 17-US$ 18 cent per pon spot New York.

Faktor penyebab kenaikan harga gula internasional sekarang ini salah satunya karena negara-negara produsen gula utama terutama di Asia, India dan Thailand saat ini tengah mengalami hal serupa seperti Indonesia, yakni sedang terjadi fenomena iklim El Nino atau musim kering ekstrim. (setya)

Related Posts

1 of 59