NUSANTARANEWS.CO – Novel Bografi karya Abidah Abidah El Khalieqy berjudul “Mimpi Anak Pulau” sukses diangkat ke layar lebar. Produksi film ini diprakarsai oleh Nadienne Batam Production dan studiopro 1226 Jakarta, dengan Executive Producer Mimpi Anak Pulau, Indra Sudirman dan disutradarai oleh Kiki Nuriswan.
Film yang diluncurkan secara resmi Sabtu Kemarin (13) di Jakarta menuai beragam kesan menarik dari para penontonnya. Tak heran bila penonton, khususnya yang berasal dari kampung, menaruh kesan tersendiri tehadap film adaptasi novel yang bercerita perjuangan seorang anak dari pesisir Nongsa Pulau Batam. Sebab ada banyak kisah haru dan inspiratif di dalamnya.
Faiz salah satu penonton film ini mengaku cukup terharu dengan film yang baru saja dirilis itu. Diakuinya tokoh Gani yang diperankan oleh Daffa cukup memberikan inspirasi anak muda untuk terus semangat mengenyam pendidikan, meski kualitas dan kuantitas pendidikan di Indonesia masih jomplang.
(Baca: Film Mimpi Anak Pulau, Inspirasi Baru bagi Anak Bangsa dalam Momentum HUT RI)
Dia juga sangat memuji film tersebut lantaran ada unsur keagamaan dan pendidikan yang konvensional yang sangat patut di contoh untuk era saat ini. Dimana anak-anak usia dini di wajibkan untuk mengaji bersama.
“Kalau saat ini kan sudah jarang sekali anak-anak mengaji bareng-bareng seperti itu. Terus ada juga tuh yang tidak serius ngaji terus di gebug pake tongkat-tongkatan sama gurunya, coba kalau sekarang di gebug seperti itu pasti langsung di kriminalisasi. Selain itu yang membuat saya semakin salut dengan film ini adalah ketika dia terkena badai ombak ditengah laut. Mereka masih menunaikan kewajiban mereka untuk solat. Tapi kalau jaman sekarang itu jarang sekali,” katanya saat berbincang dengan nusantaranews.co di Jakarta, Sabtu (13/8) malam.
Kendati demikian, Film ini diakuinya masih jauh dari kesempurnaan bahkan terkesan teburu-buru. Sebab dalam film tersebut hanya diceritakan kisahnya hingga masuk PGA.
(Baca juga: Menyatukan Indonesia-Malaysia Lewat Film Mimpi Anak Pulau di Layar Lebar)
“Dan setelah itu hanya ditayangkan bahwa Pak Gani sudah besar sudah menjadi pejabat menggunakan jas, rapat di kantor dan keluarga. Bahkan pejabat apa pun kami tidak tahu, apalagi pejabat saat ini kita tahu dekat sekali dengan unsur politik kotor. Bukan bermaksud suudjon, hanya saja kebanyakan pejabat di kita seperti itu,” katanya.
Diakui Kiki selaku sutrdara film tersebut memang banyak yang terpotong tidak utuh seperti di dalam novel, sebab durasinya terlalu panjang. “Selain itu kalau kita ceritakan bagaimana dia dewasa itu genrenya sudah berbeda lagi,” tutup Kiki. (Restu/MRH/Red-02)
Lihat artikel sebelumnya:
Interchange, Film Terbaru Nicholas Saputra Nangkring di Toronto International Film Festival 2016
Jito Banyu Serukan Antikekerasan Pada Anak Lewat Film “Untuk Angeline”
Riri Riza Akui Humor My Stupid Boss Bercitarasa Baru