NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Ketua Bidang Ekonomi Kerakyatan KBM (Keluarga Besar Marhaenis) DR. Revrisond Bawsir menegaskan bahwa NKRI didirikan oleh pemuda-pemudi yang berperspektif sosialis yang pangkalnya ada 3 (tiga) yaitu Muhammad, Marx, dan Marhaen.
“Keistimewaan Sukarno adalah memudahkan rakyat mencerna pada ajaran Marhaenisme,” sebut Bawsir saat diskusi acara Syukuran Peresmian Sekretariat dan Refleksi Akhir Tahun 2017, Sabtu, 16 Desember 2017.
Bawsir mengatakan, efek dari perang dingin misalnya teori pertumbuhan ekonomi yang dibangun Rostow awal tahun 1960an dan buku tersebut diterjemahkan dalam bahasa Indonesia pada tahun 1965.
Sedangkan piramida kekayaan keuangan dalam paparan DR. Revrisond antara lain :
– 0,7 persen penduduk dunia menguasai 45,9 persen kekayaan dunia dengan nilai rata-rata perorang berjumlah kurang dari US$ 1juta (Rp.13,5 miliar)
– 7,9 persen penduduk dunia menguasai 39,7 persen kekayaan dunia dengan nilai rata – rata perorang berkisar antara US$100 ribu hingga US$1 juta (1,35 miliar – 13,5 miliar )
– 21,3 persen penduduk dunia menguasai 11,6 persen kekayaan dunia dengan nilai rata -rata perorang berkisar antara US $10ribu hingga US$100ribu (135juta-1,35 miliar)
– 70,1 persen penduduk dunia hanya menguasai 2,7 persen kekayaan dunia dengan nilai rata – rata perorang berjumlah kurang dari US$10ribu (Rp 135 juta)
Lain halnya Eros Djarot selaku Sekretaris Dewan Ideologi Keluarga Besar Marhaenis (KBM) yang lebih mengupas persoalan kebangsaan dari perpektif budaya mengatakan bahwa yang kita hadapi adalah realita hari ini yang mana suara kapitalisme lebih kuat daripada suara nasionalis yang masih sayup-sayup. Marhaenisme adalah teori perjuangan yang perlu dirawat dan disuarakan.
“Pentingnya organ-organ Nasionalis-Marhaenis seperti KBM, ISRI untuk terus mengkaji dan membumikan pemikiran, ajaran Bung Karno, yang menarik yang perlu dicermati sebagaimana Pidato Bung Karno 1 Juni 1945 yang mana memeras Pancasila menjadi Ekasila, gotong-royong, yang mana itu adalah kekuatan mendasar bangsa Indonesia yang perlu diuraikan,” terang Eros.
“Selain itu pentingnya Budaya sebagai benteng nasionalisme dari situasi kondisi kekinian yang sedang terjadi,” tambahnya.
Pewarta/Editor: Achmad S.