Mancanegara

Demi Mahar Investasi, Saudi Sedia Jadi Sapi Perah Trump

NUSANTARANEWS.CO – Alumnus Al-Azhar yang juga lulusan Hubungan Internasional Lille Prancis, Hasmi Bakhtiar melihat keberanian Donald Trump mengakui Yerussalem sebagai ibukota Israel dinilai karena ada dukungan dari Arab Saudi.

Dirinya sangat menyayangkan sikap Saudi yang dianggapnya menudukung dan mengekor pada Amerika hanya demi sebuah investasi. Sementara lanjut dia, perlakuan Trump sendiri terhadap umat Islam sangat diskriminatif.

“Di saat umat Islam mengalami diskriminasi dari Trump, mereka tidak diizinkan memasuki Amerika, Saudi membeli “restu” Trump seharga ratusan M dollar pada Mei lalu atas nama investasi,” ungkap Hasmi dalam keterangan tertulis, yang dikutip Sabtu (16/12/2017).

Hasmi menambahkan, tak hanya itu, Saudi menggalang kekuatan negara-negara Arab seperi Mesir dan Bahrain dan melakukan blokade terhadap Qatar dan memasukkan Hamas sebagai organisasi teroris bersama penjahat Hizbullah.

“Itu semua, Saudi bermain api dengan membuka hubungan dan kerja sama dengan Israel. Ben Salman memimpin langsung delegasi Saudi ke Tel Aviv dengan sembunyi-sembunyi,” sambungnya.

Baca Juga:  Drone AS Tidak Berguna di Ukraina

Saudi saat ini, kata Hasmi penuh dengan konflik dalam dan luar negeri. Perebutan kekuasaan, perang terhadap kalangan moderat sampai perang Yaman dan Suriah membuat Ben Salman hampir kehabisan energi.

“Yang dilakukan Ben Salman demi kekuasaan sungguh berbahaya dan ongkosnya sangatlah mahal, mustahil dia bisa melakukannya sendiri,” terangnya.

“Di sini dia membutuhkan bantuan. Trump yang sangat lemah di internal Amerika membutuhkan objek pembuktian kalau dirinya pantas memimpin Amerika. Gayung bersambut,” tegasnya.

Menurut Hasmi momentum itu sekaligus menjidikan Saudi sebagai sapi perah. Trump menjanjikan perlindungan bagi Ben Salman.

“Ini semua tentu penuh konsekuensi, salah satunya mendukung politik kurang ajar Trump terkait AlQuds,” tandasnya. (*)

Editor: Romandhon

Related Posts

1 of 22