Elektabilitas Jokowi Sebenarnya Mengalami Penurunan

Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. (Foto: Istimewa)

Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. (Foto: Istimewa)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Hasil survei Organisasi Kesejahteraan Rakyat (Orkestra) tentang elektabilitas nama yang muncul di radar Calon Presiden 2019 tidak begitu baik untuk Joko Widodo. Survei Orkestra ini tak seperti lembaga-lembaga survei lainnya yang menunjukkan perbedaan mencolok dan menohok elektabilitas Joko Widodo dan Prabowo Subianto.

Hail survei Orkestra menemukan elektabilitas Joko Widodo hanya sebesar 24,38 persen sementara Prabowo 21,9 persen. Meski seperti survei-survei lain yang menempatkan Joko Widodo di posisi teratas, Orkestra mengatakan Prabowo masih menjadi lawan kuat dan tangguh untuk bertarung pada Pilpres 2019.

Karenanya, dengan modal elektabilitas 24,38 persen, Orkestra mengingatkan Joko Widodo bahwa angka tersebut tidak aman. “Ini warning bagi Jokowi,” kata Ketua Umum Orkestra Poempida Hidayatulloh, Minggu (3/12).

Berikut hasil survei Orkestra terkait elektabilitas Capres 2019. Jokowi (24,38%), Prabowo (21,9%), Gatot Nurmantyo (2,80%), Agus Harimurti Yudhoyono (2,31%), Anies Baswedan (2,14%), SBY (1,81%), Jusuf Kalla (1,48%), Ridwan Kamil (1,32%), Tri Rismaharini (1,24%), Mahfud MD (1,07%) dan nama-nama lainnya sebesar 5,93%.

Menanggapi hasil survei Orkestra tersebut, pengamat politik NSEAS Muchtar Effendi Harahap mengatakan elektabilitas Jokowi ternyata tak cukup baik meski statusnya petahana (incumbent).

“Angka elektabilitas Jokowi 24,38 % di atas menunjukkan angka terjun bebas. Padahal 3 tahun lalu elektabilitas Jokowi sekitar 54%, setahun kemudian sekitar 50%, terus terjun rata-rata di bawah 40 %. Kini versi Lembaga Survei ini jauh di bawah yakni hanya 24,38%. Dari pengalaman pemilihan langsung di Indonesia, incumbent bisa menang lagi jika elektabilitas terakhir di atas 60%. Jika angka elektabilitas Jokowi tetap dan tidak bisa di atas 60 % menjelang Pilpres 2019, dipastikan akan gagal,” ujar pengamat politik asal UGM ini kepada NusantaraNews.co, Jakarta (4/12/2017).

Lalu, apa yang harus dilakukan rezim Jokowi agar elektabilitasnya tak bikin malu sebagai bekal menghadapi Pilpres 2019 mendatang?

“Kita harus jawab dulu pertanyaan: Mengapa elektabilitas Jokowi terjun bebas, padahal posisinya penguasa tertinggi negara dan dicitrakan populis alias merakyat? Lebih ironis lagi, ada 7 parpol mendukung Jokowi sebagai Calon Presiden pada Pilpres 2019, toh elektabilitas Jokowi tak bertahan, bahkan terjun terus bebas, tak terbendung. Mengapa elaektabilitas Jokowi tetap terjun bebas padahal sudah didukung parpol seperti Golkar, PPP, Hanura, Nasdem dan lain-lain? Aneh memang!,” tandasnya. (red)

Editor: Eriec Dieda

Exit mobile version