NUSANTARANEWS.CO, Bireuen –Di tengah sengatan terik matahari yang amat panas dan suasana jalanan yang lenggang di Bireun, Tim SILA akhirnya memutuskan untuk menunda perjalanan ke Gandapura hingga sore hari. Setelah ashar tim SILA pun bergerak menuju Peusangan, sampai di Keude Matang Geulumpang Dua, kemudian ke Jembatan Kutablang, Selasa (20/6).
Ketua SILA Muammar Al Farisi mengatakan bahwa Krueng Peusangan adalah kawasan penting era kesultanan. Ketika Sultan Iskandar Muda sampai ke Peusangan Maka Sultan menemui Panglima Peusangan, dan menyeberang ke Blang Siti Manja. Kawasan Blang Siti Manja juga menarik untuk diteliti.
Dalam Hikayat Malem Dagang tertulis:
Habeh keuh haba bak masa nyan, brangkat le yoh nyan po meukuta,
Poteu djeumeurang krueng Peusangan, leupaih oeh nyan u Blang Siti Manja
Kemudian Tim SILA terus melanjutkan perjalanan sampai ke Keude Geureugok, lalu berbelok kiri menuju arah pantai.
Setelah tak berapa lama berjalan, tim tiba di kawasan Meunasah Lingka Kuta. Di dalam kawasan Meunasah tersebut terdapat meriam peninggalan perang Aceh dengan Belanda. Juga terdapat bangunan Rumoh Aceh indah yang terbuat dari kayu dengan berbagai motif ukiran yang sangat indah dan menarik, ukiran khas era kesultanan Aceh Darussalam.
Menurut Informasi dari masyarakat yang ditemui, Rumoh Aceh ini dulunya terletak di kawasan pesisir. Kawasan pesisir dikelilingi Kuta sehingga dikenali dengan nama Lingka Kuta (Keliling Benteng).
Menurut cerita ada Kuta Trieng atau benteng dari bambu, yang dibuat sedemikian tingginya sampai 4 meter untuk menghalangi serangan Belanda. Kawasan Lingka Kuta adalah kawasan Pejuang Aceh menghentikan Agresi Belanda merebut kawasan pesisir.
Setelah zaman berubah, kemudian Rumah Aceh yang indah ini dipindahkan dari kawasan pesisir ke kawasan Meunasah Lingka Kuta. Menurut cerita penduduk, dulu masih ada Anjong Rumoh Aceh, namun lama kelamaan hilang. Kemudian bangunan ini berubah fungsi menjadi balai desa, dan terus dilindungi oleh masyarakat sebagai bangunan yang bersejarah.
“Dalam bangunan Rumoh Aceh Maharaja Lingka Kuta terdapat inkripsi atau tulisan arab yang bertuliskan – Nabi Salllahu Alaihi wasallam Siribee Lhee Reutoh Dua Ploh Sa- atau seribu tiga ratus dua puluh satu Hijriah yaitu sama dengan 1903 M. Artinya Rumah ini didirikan pada saat perang besar-besaran terjadi di Aceh,” kata Muammar Al Farisi.
“Dalam tulisan selanjutnya terdapat tulisan yang hanya dapat dibaca samar-samar yang tertulis Sultan Setia Muda – perlu penelitian lebih lanjut akan temuan menarik ini, jelas Muammar Al Farisi. Dmikian pula terkait rumah dan motif ukiran serta bahan kayu yang sanggup bertahan seratus dua puluh tahun,” tambahnya.
Tim SILA juga meninjau kawasan pesisir pantai Lingka Kuta, sebuah kawasan pantai yang indah. Lingka Kuta adalah kawasan bersejarah yang menjadi saksi perjuangan nenek moyang bangsa Aceh mempertahankan Aceh dari serangan Belanda.
“Maka perlu penelitian lebih mendalam di kawasan bersejarah ini, sebagai bagian pelestarian sejarah Aceh Darussalam,” tutup Ketua SILA.(MG)
Kontributor: Mawardi Peusaba