NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Kepala Badan Bahasa dan Perbukuan Dadang Sunendar menyampaikan, Pemilihan Duta Bahasa Tingkat Nasional dilaksanakan dengan misi untuk senantiasa melahirkan generasi muda Pancasilais yang mampu mengambil peranan nyata dalam memantapkan fungsi bahasa Indonesia.
Menurut dia, hal ini strategis guna mempererat persatuan, serta memperkuat jati diri dan daya saing bangsa yang terus menerus menghadapi tantangan seiring perkembangan teknologi dan tatanan politik dunia.
“Salah satu penjaga utama kebinekaan kita adalah bahasa negara kita, Bahasa Indonesia. Tolong jangan dilupakan. Karena ruh besar bangsa ini ya bahasa negara,” tutur Dadang dalam keterangan resmi Kemendikbud, Jumat (16/8/2019).
Sejak tahun 2006 Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan (dahulu Pusat Bahasa kemudian menjadi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa) Kemendikbud menyelenggarakan pemilihan Duta Bahasa. Tidak hanya memiliki kemahiran berbahasa Indonesia secara baik dan benar, tetapi Duta Bahasa juga didorong menjadi pelestari bahasa daerah, serta tetap menguasai bahasa asing strategis.
Grets Walilo, Duta Bahasa Provinsi Papua mengungkapkan harapannya terkait internasionalisasi Bahasa Indonesia. Pemuda yang sering mendapatkan pekerjaan sampingan sebagai penerjemah dalam bidang ekspor dan impor ini mengaku optimistis bahasa Indonesia dapat menjadi bahasa yang diakui oleh Persatuan Bangsa Bangsa (PBB).
“Karena Bahasa Indonesia telah diajarkan melalui program BIPA. Yaitu program pengajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing. Kemudian setiap tahunnya, peminat bahasa Indonesia juga semakin meningkat,” tutur mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Cendrawasih ini.
Putra Papua ini meyakini bahwa Duta Bahasa mampu berperan penting dalam mempererat persatuan dan kesatuan.
“Seperti slogan yang kami miliki, utamakan Bahasa Indonesia yang merupakan bahasa persatuan. Jadi, walaupun kami memiliki berbagai bahasa, tetapi kami dipersatukan dengan Bahasa Indonesia. Dengan bahasa Indonesia sebagai wadah, kami dapat melangkah maju ke depan,” jelas Grets.
Duta Bahasa dan alumninya hendaknya tidak hanya berfokus pada kaum muda. Beberapa program yang telah dilakukan bersama pegiat literasi adalah membuat bahan ajar untuk para orang tua. Materi yang ditekankan adalah kiat pengembangan literasi anak-anak. Serta kiat untuk mempertahankan bahasa daerah maupun Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
“Jadi, kami harus menemukan cara-cara alternatif untuk belajar,” ujar Grets saat menjelaskan aktivitasnya mengajarkan bahasa Indonesia dan sekaligus mengurangi jumlah penduduk buta aksara di lingkungan sekitarnya.
An’nisa Safitri, Duta Provinsi Bahasa Bangka Belitung melihat pentingnya politik kebahasaan dalam melestarikan bahasa daerah. Melalui jalur Duta Bahasa, ia optimistis dapat menggolkan misinya untuk menjadikan bahasa melayu khas Bangka Belitung menjadi muatan lokal dalam kurikulum sekolah di provinsi Bangka Belitung.
“Kita harus kaji dulu, aksen mana yang akan digunakan nantinya. Karena ada beberapa aksen yang berbeda,” ujar mahasiswi jurusan Farmasi Universitas Indonesia itu.
An’nisa melihat Duta Bahasa memiliki peran penting dalam pengutamaan Bahasa Indonesia di ruang publik, serta pelestarian bahasa daerah. Melalui beragam platform, konten-konten edukasi seperti kata, padanan kata ataupun istilah bahasa daerah agar diketahui juga oleh publik yang bukan penutur aslinya.
“Media sosial menjadi peluang kita untuk mempromosikan penggunaan bahasa Indonesia, pelestarian bahasa daerah, serta penguasaan bahasa asing strategis,” tutur An’nisa yang berasal dari pulau Bangka ini.
Keduanya menyatakan pentingnya dibentuk perkumpulan atau paguyuban yang mewadahi alumni Duta Bahasa di tingkat nasional. Dengan harapan dapat mengangkat isu strategis di daerah ke level nasional sehingga dapat diselesaikan bersama-sama.
“Untuk kegiatan nasional saya kira perlu. Dari Duta Bahasa Nasional sebelumnya bisa memberikan aspirasinya,” kata An’nisa. (red/nn)
Editor: Achmad S.