Ekonomi

Dunia Kini Memasuki Gelombang Globalisasi Ketiga

Dunia Kini Memasuki Gelombang Globalisasi Ketiga

NUSANTARANEWS.CO – Dunia kini memasuki gelombang globalisasi ketiga. Memasuki dekade kedua millenium ketiga, dunia kini memasuki situasi batas. Indonesia hari ini sedang terombang-ambing ditengah arus gelombang globalisasi ketiga. Dimana kapitalisme sedang mengalami metamorfosis yang belum diketahui wujudnya.  Yang jelas saat ini konsentrasi kapital telah mencapai puncaknya yang ditandai dengan peristiwa 9/11, hancurnya simbol tatanan dunia lama, Wall Street Center.

Sementara fondasi tatanan dunia baru belum terlihat, justru gerakan sentralisasi kapital semakin cepat. Di mana kekayaan dunia akan terkonsentrasi di tangan segelintir perusahaan yang dimiliki oleh orang super kaya dunia yang niscaya akan mengubah cara kerja kapitalisme dunia baru.

Lihat: The Next Great Globalization

Boleh jadi inisiatif Cina dengan The Silk Road Economic Belt and the 21st-century Maritime Silk Road yang dilaunching Presiden Xi Jinping di Gedung Parlemen RI pada 2013 lalu merupakan awal dari bangunan infrastruktur tatanan dunia baru.

Mengapa demikian, bila kita mengikuti Frederic S. Mishkin dalam bukunya The Next Great Globalization (2006), bahwa Gelombang Globalisasi Ketiga adalah Globalisasi Keuangan, yang memungkinkan suatu bangsa dapat bergerak dengan laju pertumbuhan ekonomi melampaui 15% per tahun. Lebih tinggi dari pertumbuhan Globalisasi Kedua yang laju pertumbuhan ekonominya hanya 10% per tahun.

Baca Juga:  Bangun Tol Kediri-Tulungagung, Inilah Cara Pemerintah Sokong Ekonomi Jawa Timur

Dunia kini sudah mengakhiri gelombang globalisasi kedua yang dimulai setelah berakhirnya Perang Dunia Kedua, tetapi gelombang globalisasi baru belum dimulai. Dunia sedang berada dalam kegamangan “situasi batas” di mana pranata-pranata lama tidak lagi dapat diharapkan untuk dapat menyelesaikan masalah-masalah penting dunia, sementara itu pranata-pranata baru masih dalam proses pembentukan.

Pola distribusi kekayaan dan pola produksi maupun pola konsumsi masyarakat tengah mengalami perubahan yang cepat seiring dengan proses sentralisasi kapital. Perubahan bangunan sosial ini pun pada gilirannya juga akan mengubah bangunan lain, seperti bangunan politik, hukum, mental dan budaya, serta penghayatan ideologi masyarakat.

Umat manusia akan segera meninggalkan zaman lama dan memasuki zaman baru. Sinyal kegagalan pranata-pranata lama untuk mengatasi masalah-masalah penting dunia tercermin pada resesi ekonomi dunia yang berkepanjangan, masih terus berlangsungnya aksi-aksi terorisme, kegagalan lembaga-lembaga keuangan internasional mengentaskan kemiskinan yang makin luas, dan perdagangan narkoba yang belum ada tanda-tanda untuk teratasi. (as)

Related Posts

1 of 3,053