Oleh: Denny JA
IFAN, aku tak mengenalmu
Tapi malam itu air mataku menetes,
merasakan dukamu
KIta sama tak tahu, IFAN
Siapa yang harus disalahkan?
Ini negeri, pusaka indah
Namun di kedalam laut dan tanah
begitu banyak tungku api raksasa (2)
Meledak tanpa diduga
Kapan saja
Dimana saja
Baca Juga:
- Dylan Ifan Seventeen Dilepas Ribuan Pelayat Ponorogo
- Kehilangan Orang-Orang yang Disayangi, Ifan Seventeen Mengaku Iklas
- Ini Daftar Keluarga Besar Band Seventeen yang Hilang Pasca Sapuan Tsunami
Tsunami di Selat Sunda
Sebelumnya di Palu, di Bali, di Lombok
Sebelumnya di Aceh
Siapa menggerakkan tungku api itu?
Laut berguncang menyentuh langit
Tanpa hati tanpa mata
Hancurkan segala
Ribuan nyawa terkapar (3)
Kita sama tak tahu, IFAN
Besok giliran siapa?
Karena tungku api itu terus menyala
Ia buta, hanya menerjang
Pagi itu pertama kali aku mengenalmu, IFAN
Kotak ajaib bernama Handphone
Sampaikan kisahmu
Bersama ribuan berita
Seperti pagi lainnya
Namun padamu aku terpana, IFAN
Kau sedang bernyanyi di panggung
Dalam sekejap Tsunami datang
Hancurkan panggung
Menyeret semua ke tengah laut (4)
Tangan Tuhan bekerja
mengabadikan itu bencana
Kuulang- ulang menyimak itu video
Setelah itu,
Setiap hari aku lebih mengenalmu, IFAN
lewat dukamu
Kau terapung di laut
Hampir putus asa
Antara hidup dan mati
Benda mengapung menyelamatkanmu
Namun dimana sahabatmu?
Dimana mereka?
Bersamamu 20 tahun sudah
Berkarya dalam band seventeen
Hilang dalam hitungan menit
Aku dengar itu, IFAN
satu persatu, sahabatmu kembali
Namun tinggal jazad
Tsunami bahkan tak peduli musisi
Dimana istrimu IFAN?
Tempat kau labuhkan kasih dan puisi.
Ia ikut hilang
Aku dengar itu IFAN
Istrimu telah datang
Tapi tiada lagi nyawa
Tsunami bahkan tak peduli cinta
Kau meradang menjerit
Kurasakan dukamu IFAN
Menetes air mataku
Tapi kita sama tak tahu
siapa yang harus disalahkan?
Dunia terpana
Musisi dunia ikut menyapamu IFAN (5)
Berita tentangmu hiruk pikuk
Namun itu duka bertahta
Menenggelamkanmu dalam sepi
Yang sempurna
IFAN, kini aku mengenalmu
Kau adalah kami semua
Hidup di bumi yang sama
Di bawah kita tungku api menyala
Siap meledak
kapan saja
Dimana saja
Kali ini duka datang
Giliranmu
Esok lusa
Tak kita tahu duka datang
Giliran siapa?
Karena tungku api itu terus menyala
dan ia buta
Tanpa mata
Tanpa hati***
25 Desember 2018
Note:
1. Puisi esai mini mengekspresikan kisah IFAN, lead vocal band seventeen yang kehilangan orang orang yang ia cintai karena bencana alam selat Sunda, Desember 2018
2. Badan PBB ISDR mencatat Indonesia sebagai negara yang paling rawan bencana, mulai dari gempa, volcanoes, tsunami hingga banjir (BBC Indonesia)
3. Ketika puisi ini dibuat, lebih dari 300 warga yang tewas. Bersama dengan korban di Palu di tahun ini juga, ribuan nyawa sudah melayang (Tempo)
4. Video yang merekam event itu layak mendapatkan penghargaan. Ia membantu publik luas melihat dengan mata kepala sendiri. Sebuah band sedang mentas. Terlihat jelas dalam sekejap Tsunami datang menggilas semua.
5. Musisi dari Rock Band legendaris Brian May, secara khusus mengucapkan bela sungkawa buat band seventeen (CNNIndonesia)
Sumber: Facebook DennyJA_World