Peristiwa

Dibawa ke Kursi Pesakitan dengan Alat Bukti Seadanya

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Masih ingatkah Anda dengan kasus geng motor yang meresahkan beberapa waktu lalu? Kasus itu, ternyata membawa kesedihan mendalam bagi delapan keluarga di Jatiwaringin, Bekasi. Sebab, anak- anak mereka harus mendekam di balik jeruji lantaran melawan serangan geng motor ke wilayah mereka. Mereka yang berniat menjaga kampung justru dituding sebagai anggota geng motor keji dan sadis.

“Kami tidak terima anak kami di cap anggota geng motor sadis. Anak-anak kami warga yang menjaga kampung dari serangan geng motor,” ujar Hj. Rosmala, akhir pekan lalu.

Sebanyak delapan warga Jati Waringin, Bekasi, Jawa Barat, harus mendekam di balik jeruji besi, mereka dituding sebagai anggota geng motor sadis. Cap sebagai anggota geng motor pun dilemparkan petugas Kepolisian Resort Metro Jakarta Timur akhir Mei lalu. Tudingan ini disampaikan dalam sebuah acara jumpa pers beberapa waktu lalu.

Pemberitaan yang menyatakan ke delapan pemuda itu adalah anggota geng motor sadis, membuat warga Jatiwaringin tidak terima. “Mereka anak baik-baik, mereka rajin mengaji. Pada waktu itu mereka cuma menjaga kampung. Kami mau nama baik mereka dipulihkan,” kata Noor Syamsi,  kerabat salah satu pemuda yang ditahan kepada wartawan, Rabu (2/8/2017).

Baca Juga:  Gambarnya Banyak Dirusak di Jember, Gus Fawait: Saya Minta Maaf Kalau Jelek Gambarnya

Sejatinya, mereka bukan lah anggota geng motor sadis yang meresahkan masyarakat. Mereka justru warga dari Jati Waringin yang mengusir serbuan anggota geng motor ke wilayah Jati Waringin. Entah apa sebabnya, polisi mengatakan mereka sebagai geng motor? Mungkinkah itu dilakukan agar kepolisian dinilai bisa mengungkap kasus geng motor yang sangat meresahkan?

Kamis, 3 Agustus mendatang, kedelapan warga Jati Waringin ini akan menjalani sidang di PN Jakarta Timur. Mereka dibawa ke kursi pesakitan dengan alat bukti seadanya. Sekilas, kasus ini seperti dipaksakan. ” Kami mohon keadilan buat anak- anak kami. Kami ingin nama baik anak kami dikembalikan. Mereka bukan geng motor. Mereka pembela warga,” ujar Noor Syamsi, juru bicara warga.

Forum Warga Jati Waringin Bersatu meminta dukungan dan doa dari masyarakat Indonesia untuk kedelapan pemuda itu. “Kami  memohon kepada masyarakat agar bersama-sama mengawasi kasus ini. Dan diperlukan kejelian dari majelis hakim dalam menangani kasus ini,” ujar Risqi Rahmadiansyah, kuasa hukum, delapan pemuda yang dituding anggota geng motor.

Menurut Riesqi hingga Press Release ini disebar luaskan pelaku utama pengeroyokan anggota geng motor itu belum tertangkap. “ Yang kami sesalkan ke delapan pemuda yang menjaga kampugnya di beritakan sebagai anggota geng motor sadis. Padahal kenyataannya mereka bukan anggota geng motor,” kata Riesqi.

Baca Juga:  Tim SAR Temukan Titik Bangkai Pesawat Smart Aviation Yang Hilang Kontak di Nunukan

“Bukan Anak-anak Kami Pelaku Utama Pengeroyokan”

Syamsi mengatakan penangkapan dan penahanan terhadap kedelapan pemuda itu sangat tidak adil bagi mereka. Dalam peristiwa itu ada ratusan warga yang terlibat tawuran. “ Seharusnya semua yang terlibat ditangkap, bukan cuma delapan orang itu. Kan bukan delapan orang itu pelaku utama pengeroyokan anggota geng motor hingga tewas,” kata Syamsi.

Lebih dari dua bulan, delapan pemuda itu telah mendekam dalam jeruji besi. Babak baru akan mereka hadapi, Kepolisian Resort Jakarta Timur yang menangkap mereka telah melimpahkan berkas perkara ini ke Kejaksaan Negeri Jakarta Timur. Rencananya, mereka akan menjalani sidang pada 3 Agustus 2017 mendatang. Kuasa hukum para pemuda itu, Riesqi Rahmadiansyah berharap dalam sidang akan terungkap kebenaran dilapangan. Dan, ke delapan pemuda itu bisa memperoleh keputusan hukum yang adil.

“Banyak kejanggalan dalam kasus ini. Dari rekaman CCTV dan rekonstruksi mereka tidak terbukti melakukan pengeroyokan yang menyebabkan kematian salah satu anggota geng motor,” kata Riesqi.

Baca Juga:  Rawan Timbulkan Bencana di Jawa Timur, Inilah Yang Dilakukan Jika Musim La Nina

Nyai Rukiyah (50 tahunan) tak sanggup membendung air matanya ketika menceritakan penangkapan terhadap anaknya, Muhammad Yusfa Rasyid.

“Saya sampai pingsan sewaktu anak saya ditangkap. Saat penangkapan polisinya ngakunya Yusfa srempetan motor, saya pingsan saat yusfa dibawa, akhirnya hari itu saya tidak dagang. Itu anak pendiam, kalem, kerja di daerah Kemayoran sebagai cleaning service. Motor aja enggak punya, sepeda aja gak dablek. Sama Fahri dan Adnan tidak kenal,” kata Rukiyah.

Yusfa merupakan tulang punggung dalam keluarga. Anak terakhir dari tujuh bersaudara itu diakui Nyai Rukiyah tidak pernah nongkrong seperti pemuda pada umumnya. “Pulang kerja paling main sama keponakannya. Dia kerja naik angkot, motor enggak punya kenapa diberitakan sebagai anggota geng motor,” tambah Rukiyah sambil menangis.

Rukiyah berharap Yusfa bisa segara bebas. Kebebasan Yusfa sangat diharapkan untuk bisa menopang kehidupan Rukiyah. Penghasilan Rukiyah menjual lupis tidak bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari.

“Saya berharap anak saya dan pemuda lainnya bisa bebas lagi,” harap Rukiyah. (MR)

Editor: Ach. Sulaiman

Related Posts

1 of 2