Di Balik Kebijakan Trump, Pakar Timteng: Ada Jaringan Bisnis Yahudi

Donald Trump/AP Photo/Evan Vucci

Donald Trump/AP Photo/Evan Vucci

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Langkah Presiden Amerika Serikat Donald Trump dengan mengakui Yerussalem sebagai ibokota Israel memunculkan banyak pertanyaan.

Apa sesungguhnya yang diinginkan Amerika dengan kebijakan kontroversial tersebut? Apa motif di balik kebijakan berani Trump kali ini?

Pakar Kajian Timur Tengah (Timteng), Ibnu Burdah menilai langkah Trump dinilai bukan sebagai kebijakan strategis Amerika untuk jangka panjang.

Sebaliknya langkah kontroversi Trump, kata Ibnu Burdah lebih condong pada tekanan dari beberapa pihak sabagai janji politiknya yang harus dilunasi.

“Mungkin ini bukan kebijakan jangka panjang dengan tujuan yang jelas di Timur Tengah. Tapi, itu mungkin karena tekanan yang kuat dalam lingkaran pengambil keputusan AS. Apalagi itu juga merupakan janji kampanye Trump yang harus dilunasi,” ungkap Ibnu Burdah, saat dihubungi Nusantaranews.co, baru-baru ini.

Menurut Dosen Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini ada banyak tekanan yang dihadapi Trump saat ini.  Salah satunya tekanan dari para bankir-bankir atau para pebisnis Yahudi di Paman Sam.

“Tekanan itu datang dari berbagai lini, baik AIPAC, jaringan bisnis Yahudi, dan juga lingkaran terdekat Trump seperti menantunya,” sambung dia.

Keputusan ini, sambungnya, jelas dianggapnya tidak mencerminkan kepentingan nasional AS secara luas di Timur Tengah. Sebaliknya, Ibnu Burdah menilai itu sebagai langkah mabuk Trump lantaran mulai kehilangan pamor.

“Atau jangan-jangan ini langkah mabuk karena popularitasnya terus anjlok di dalam negeri,” ujar dia. (*)

Editor: Romandhon

Exit mobile version