NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Ratusan petani tebu memenuhi punggung jalan depan pintu depan Istana Negara dan kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (28/8/2017).
Mereka menggelar aksi atas merebaknya gula impor dan rembesan gula rafinasi di pasar konsumsi.
Ditengah teriknya panas matahari, para pemimpin aksi bergantian menyampaikan orasinya. Sementara, para aparat keamanan tampak siaga menghalau mereka mendekati pintu Istana.
Dengan tema aksi damai, ternyata mereka tidak sekedar orasi. Saat memasuki separuh jalannya aksi, terdengar alunan musik dangdut memecah ketegangan suasana.
“Sudah Bosan kita dibohongin terus. Ayo kita dengerin musik (sejenak), kita lupakan penderitaan kita,” ujar Perwakilan Petani Tebu asal Cirebon, M. Sholeh di depan kantor kementerian BUMN, Jakarta, Senin (28/8/2017).
Sholeh mengatakan pemutaran musik dangdut memang disengaja. Menurutnya, hal itu menjadi bagian dari rangkaian performa aksi yang direncanakannya.
Dalam aksi tersebut, Sholeh mempertanyakan penahanan gula rakyat di sejumlah pabrik. Ia yakin gula yang ditahan tersebut diketahui pihak kementerian BUMN dengan tujuan untuk memberikan keleluasaan bagi importir gula menguasai pasar konsumsi.
“Gula kita kenapa ditahan di pabrik disindang laut Cirebon. Kenapa gula impor bebas masuk. Kenapa sama petani begitu sadis, sebenarnya kerja untuk siapa mereka mereka itu,” ungkapnya.
Sholeh menilai presiden Joko Widodo gagal menepati janjinya berpihak kepada petani tebu. Padahal, kata dia, sebelum Pilpres 2014 lalu Jokowi menjanjikan akan berpihak kepada petani jika nantinya didukung rakyat menjadi presiden.
“Katanya jokowi mau menyejahterakan rakyat buktinya mana, Buktinya kok malah nindes rakyat dengan impor. Kita sebagai petani wajib di muliakan. Tapi kenapa kran impor dibuka terus. Ini sih namanya petani di tindes terus,” tuturnya. (Kastro)
Editor: Ach. Sulaiman