NUSANTARANEWS.CO – Setelah merebut Daraa, pasukan pemerintah Suriah kini bergerak menuju Quneitra sejak hari Kamis (13/7). Operasi militer menumpas teroris di Quneitra tampaknya hanya tinggal menunggu waktu saja. Di tengah pergerakan pasukan darat, unit pertahanan udara Suriah di Quneitra dan Damaskus mulai bersiaga penuh menghadapi kemungkinan serangan udara Israel.
Garda Revolusi Iran juga telah mengerahkan milisi bersenjata Hizbullah, Iran dan Irak untuk mendukung pertempuran dengan para teroris yang didukung Israel di dekat Dataran Tinggi Golan.
Penasihat luar negeri pemimpin tertinggi Iran Ali Akbar Velayati setelah mengadakan pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskow pada hari Jum’at (14/7) mengatakan: “Kami akan segera pergi jika pemerintah Irak dan Suriah menginginkannya, bukan karena tekanan Israel dan Amerika,” tegasnya.
Velayati juga menambahkan bahwa Teheran akan terus membantu pemerintah Suriah dan Irak menumpas habis teroris dan melawan agresi Amerika Serikat (AS). Jika AS tidak ingin meninggalkan wilayah kami, kami akan memaksanya.
Dengan langkah ini, Iran telah mempertegas posisi kehadiran militernya di Suriah sekaligus mematahkan upaya kesepakatan yang diproyeksikan untuk menghilangkan kehadiran militer dan perwakilan Iran dari Suriah. Sehingga KTT Helsinki pada 16 Juli mendatang antara Presiden Donald Trump dan Vladimir Putin terkait Perang Suriah dapat lebih realistis.
Israel sendiri tidak mampu mencegah kehadiran militer Iran di Suriah, termasuk sayap militer Hizbullah. Apalagi kemudian diperkuat dengan kehadiran milisi Iran dan Irak yang kini terkonsentrasi di Quneitra. Pendudukan ilegal Israel atas Dataran Tinggi Golan tampaknya mulai terancam dengan mobilisasi besar-besaran militer dan milisi tersebut.
IDF sendiri telah megerahkan kekuatan militernya di Dataran Tinggi Golan guna menahan serangan pasukan gabungan Suriah merebut Quneitra. Bila quneitra jatuh, tinggal selangkah lagi Presiden Assad dapat merebut kembali Dataran Tinggi Golan yang telah setengah abad diduduki Israel, sejak Perang 1967.
Presiden Assad tampaknya akan segera memerintahkan serangan sebelum atau selama KTT Trump-Putin berlangsung di Helsinki. Sementra Israel sendiri harus membagi konsentrasi dengan perang di Jalur Gaza dan Dataran Tinggi Golan yang sudah di depan mata.
Seperti diketahui, pada Jumat malam, Hamas kembali menembakan 31 roket ke Israel di tengah serangan Angkatan Udara Israel di Gaza. (Banyu)