Khazanah

Cak Nun: Bhineka Tunggal Ika Wujud Dari Rahmatan Lil ‘Alamin

islam rahmatan lil alamin, rahmatan lil alamin, cak nun, emha ainun nadjib, iain salatiga, nusantaranews
Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) saat menghadiri Tasyakuran Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) mahasiswa baru IAIN Salatiga tahun akademim 2018-2019 yang diselanggarakan di halaman Gedung KH Hasyim Asy’ari Kampus III Bersama ribuan jamaah maiyah Kiai Kanjeng Kota Salatiga serta dihadiri mahasiswa baru IAIN Salatiga, Senin (13/8/2018). (Foto: Istimewa/NUSANTARANEWS.CO)

NUSANTARANEWS.CO – Kalau anda menjadi rahmatan lil ‘alamin, maka tidak boleh menjadi masalah di alam tetapi harus lebih besar dari alam bahkan menggendong alam tersebut. Seperti Bhineka Tunggal Ika yang merupakan wujud rahmatan lil ‘alamin dalam skala Indonesia.

Hal itu disampaikan Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) saat menghadiri Tasyakuran Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) mahasiswa baru IAIN Salatiga tahun akademim 2018-2019 yang diselanggarakan di halaman Gedung KH Hasyim Asy’ari Kampus III Bersama ribuan jamaah maiyah Kiai Kanjeng Kota Salatiga serta dihadiri mahasiswa baru IAIN Salatiga pekan ini.

“Sebagai contoh dengan semua yang ada di Indonesia seperti budaya, suku, agama, dan lainnya diterima dengan baik oleh masyarakat. Rahmatan lil ‘alamin sendiri artinya menguntungkan, kalau sebaliknya berarti tidak manfaat, merugikan, atau tidak menguntungkan bagi semua dan alam semesta,” terangnya.

Baca juga: Cak Nun: Belajar Manusia Kepada Sastra

Kemudian Islam merupakan wadah atau perantara yang artinya dapat merangkul secara keselurahan tanpa membedakan.

“Kalau kita mau rahmatan lil ‘alamin maka harus belajar dan di Salatiga sebenarnya kita belajar, karena Salatiga banyak teori keagamaan yang dapat mencair menjadi satu sehingga Salatiga dapat diberi label sebagai Serambi Madinah,” papar Cak Nun.

Sementara itu rektor IAIN Salatiga Rhmad Hariyadi mengungkapkan kalau dirinya pernah ikut menyimak diskusi yang digelar Cak Nun.

“Saya pernah sowan di Cak Nun tahun 1988, ikut menyimak diskusi di Patangpuluhan dan untuk meminta nasihat tentang pergerakan mahasiswa di Salatiga khususnya di kampus IAIN Walisongo Salatiga, tahun ini terulang kembali sehingga Cak Nun bisa hadir kembali di kampus IAIN Salatiga tercinta, ujar Rahmat Hariyadi.

Rektor IAIN Salatiga mengajak khususnya para mahasiswa baru IAIN Salatiga untuk belajar dari apa yang disampaikan Cak Nun, sehingga seluruh mahasiswa dapat sinau bareng dan membuka cakrawala tentang keislaman dan keindonesiaan.

“Serta bagaimana kita seharusnya berislam dan berindonesia dan bagaimana menjadi orang Indonesia yang beragama Islam, dan bagaimana menjadi orang Islam yang bertanggungjawab terhadap Ibu Pertiwi,” katanya.

Rektor berharap para mahasiswa di era milenial harus memahami kultur masyarakat yang saling klaim kebenaran di media sosial maupun bermasyarakat.

“Selain itu, para mahasiswa bisa menjadi orang yang mencintai Islam, Indonesia, serta menerima perbedaan,” katanya. (zdni/anm)

Editor: Ani Mariani

Related Posts

1 of 3,053