Berita UtamaBudaya / SeniEsaiGaya HidupTerbaru

Biarkan Anak Bebas Memilih Pendidikannya Sendiri

Biarkan Anak Bebas Memilih Pendidikannya Sendiri
Biarkan Anak Bebas Memilih Pendidikannya Sendiri
Anak adalah anugerah Allah yang paling indah, karena tidak semua orang mendapatkan kesempatan memiliki buah hati. Banyak yang berjuang dan menempuh perjalanan sampai ke negeri seberang bahkan sampai ke negeri Cina yang dikenal dunia dengan pengobatan alternatifnya dengan tujuan untuk mendapatkan keturunan. Apa yang telah diupayakan sebahagian berhasil namun ada juga yang belum diberikan kepercayaan untuk menjadi ayah dan ibu.
Oleh: Chairul Bariah

 

Selain berusaha dengan berbagai cara, terkadang oratua/calon nenek/kakek bernazar jika lahir dengan selamat dan sehat akan membeli/memberikan sesuatu untuk anak yatim atau mesjid terdekat.

Saat anak lahir ke dunia maka rasa syukur dan bahagia yang amat mendalam dirasakan oleh orangtua, apalagi kalau yang lahir anak yang pertama. Penyambutan anggota keluarga baru ditata sedemikian rupa bahkan menyesuaikan nuansa rumah, apabila perempuan biasanya dihiasi dengan warna pink kalau laki-laki penuh warna biru, tetapi terkadang disesuikan juga dengan warna kesukaan ayah dan ibu.

Mendidik anak tidaklah mudah, butuh pengetahuan, kesabaran dan kepedulian terhadap apa yang diperlukan untuk tumbuh dan berkembangnya seorang anak. Kehariannya ke dunia menjadi tanggungjawab orantua untuk memberikan kasih sayang, makanan, pakaian, pendidikan dan perhatian apalagi untuk anak usia balita.

Kebutuhan seorang anak bukan hanya pampes, susu, sereal atau nasi melaikan rasa sayang yang tulus, pelukan hangat karena mereka akan merasa nyaman dan percaya kepada orangtuanya untuk tidak melukai perasaan dan fisiknya. Cinta orangtua yang tulus mampu memberikan rangsangan pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai usianya.

Pendidikan dasar yang diperoleh adalah dari ibu dan lingkungan keluarga. Jika apa yang dilihat baik maka anak akan meniru kebaikan pula, namun sebaliknya karena sering emosi, marah dan berkata kasar tentu anakpun akan mengikuti hal seperti itu. Maka tak salah kalau ada pepatah mengatakan buah tak jauh dari  pohonnya artinya bagaimana orangtua maka begitulah anak. Teori ini sebahagian terbantahkan dalam masyarakat, karena ada juga anak-anak yang berbeda jika dibandingkan dengan orangtuanya.

Baca Juga:  Waketum AMM: Kita Siap Menangkan Mualem

Setelah mendapatkan pendidikan  awal di rumah, maka selanjutnya orangtua mempercayakan anaknya untuk didik di lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), kemudian di Sekolah Dasar atau setingkat. Ketika anak sudah menyelesaikan pendidikan tingkat dasar maka naik ke tingkat pendidikan menengah atau setara.

Memasuki pendidikan tingkat menengah, umumnya orangtua lebih memilih pesantren atau sekolah berasrama. Sebelum mengantarkan anak ke pesantren atau lembaga pendidikan yang berasrama maka perlu diskusi dengan anak, sampaikan kebaikan-kebaikan yang akan didapat, dan  jangan pernah mengancam anak dan memaksakan anak untuk masuk ke sekolah yang menjadi pilihan orangtua, karena akan menjadi bumerang dan tidak akan berhasil dalam studi.

Ketika anak masuk ke sekolah yang tidak diinginkannya, maka orangtua akan dihadapi dengan berbagai persoalan ada yang  sedang bahkan ada yang rumit.   Secara umum kasusnya  adalah anak-anak tidak ingin berpisah dengan orangtuanya, anak juga takut tidak mendapatkan  perhatian dan kasih sayang orangtua.

Selain dari ketakutan  anak, ternyata orangtua juga mengalaminya. Jika anak tidak sekolah berasrama, mereka  kwatir  pengaruh lingkungan masyarakat dapat merubah prilaku dan pikiran anak. Hal ini menjadi pro dan kontra dalam masyarakat. Disisi lain ada juga anak yang benar-benar mau  menetap di asrama dan dia tidak ingin orangtua selalu menjenguknya.

Baca Juga:  Ketum APTIKNAS Apresiasi Rekor MURI Menteri Kebudayaan RI Pertama

Setelah tuntas dibangku menengah, maka orangtua perlu memberikan gambaran yang terbaik untuk putra-putrinya dalam melanjutkan studi pada  tingkat SMA/sederajat. Pada  usia ini anak-anak membutuhkan perhatian ekstra. Orangtua dan guru harus mampu merangkul mereka serta memberikan kegiatan yang positif.

Semua orangtua berharap agar anaknya  sukses dan berhasil dimasa depan, bukan hanya secara finansial tetapi juga sebagai pribadi yang mandiri dan dapat menjadi contoh teladan dalam masyarakat serta menjadi kebanggaan orangtua.

Mengingat saat ini sedang berlangsung perkuliahan dan pengajaran semester genap Tahun Akademik 2022/2023 maka sudah waktunya untuk para siswa/i tingkat akhir SLTA bersiap-siap dalam mengikuti ujian SMPTN diberbagai perguruan tinggi.

Pada saat anak sudah memasuki bangku kuliah, artinya dia sudah mulai dewasa. Kebutuhannya akan bertambah, apalagi jika anak perempuan, tentu banyak membutuhkan perlengkapan dan aksesoris.

Jika anak telah diberikan kepercayaan, maka biarkan dia memilih perguruan tinggi dan jurusan yang dia sukai. Sekarang masa depan  ada ditangannya, kita sebagai orangtua hanya mendorong, mendukung dan mengarahkan serta memberikan gambaran mana yang terbaik. Kesalahan  yang sering dilakukan orangtua adalah memilih perguruan tinggi dan program studi yang disukai orangtua.

Orangtua terkadang membebani anak untuk mencapai keinginannya yang tidak dapat diraih dimasa lalu. Sebagai contoh ada anak yang tidak menyukai sekolah kedokteran atau teknik tetapi orangtua  memaksa anak untuk melanjutkan studi dibidang itu. Ada beberapa alasan orangtua diantaranya karena mampu menyekolahkannya, belum ada keluarga yang bidang studi dimaksud, bergengsi dan mampu mengangkat derajat keluarga.

Baca Juga:  Jelang Pilkada Serentak, Ribuan Orang Gelar Acara Indonesia Berdoa

Pemikiran inilah terkadang menjadi bumerang bagi orangtua, karena anak malas, jarang masuk kuliah, tidak fokus dan sering mengabaikan nasehat-nasehat orangtua. Hal ini tentu akan membuat orangtua pusing dan serba salah, apalagi jika harus berurusan dengan pihak perguruan tinggi, bahkan akan fatal untuk kehidupan anak karena dia akan mencari apa yang membuat dia terhibur sehingga terlepas dari beban hidupnya.

Ada juga anak yang patuh atas berbagai kebijakan dari orangtuanya. Dia mengikuti anjuran orangtua dalam keterpaksaan,  tentu akan membuat anak tidak berprestasi, tidak ceria dan hari-harinya tidak membahagiakan dirinya. Konsep untuk mengorbankan apa yang diinginkan anak agar orangtua bahagia bukanlah suatu solusi yang baik.

Untuk menyelesaikan studi yang tidak diinginkan anak akan lambat, bahkan akan lebih sering orangtua yang datang ke kampus untuk bertemu dengan pihak akademik, berdiskusi tentang perkembangan kuliah anak, sehingga terkadang petugas bertanya yang kuliah anak ibu atau dia. Mendapat pertanyaan itu tentu kita harus mengoreksi diri, siapa yang salah dalam hal ini.

Agar terhindar dari hal yang tidak kita inginkan maka berikanlah kebebasan untuk anak memilih perguruan tinggi dan program studi yang dia inginkan, bukankah  kebahagiaan anak adalah kebahagiaan orangtua.

Jika sudah terlanjur lebih baik memindahkannya ke kampus dan prodi sesuai pilihan anak, dengan demikian dia pasti  bertanggungjawab atas pendidikannya. Orangtua juga tidak perlu kwatir akan prestasinya. Jika semua yang  diinginkan sesuai dengan kata hati nurani maka mudah dalam meraih masa depan. (*)

Penulis: Chairul Bariah, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Kebangsaan Indonesia, [email protected]

Related Posts

1 of 3