Politik

Banser Diingatkan Tak Perlu Ikut Urus Pendemo, Serahkan Saja Kepada Para Pendukung Jokowi

Dalam rangka mensukseskan acara Kirab Satu Negeri (KSN) 2018, Pengurus Wilayah Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) meggelar kegiatan Apel Banser dan Doa untuk Bangsa. (FOTO: Istimewa)
Dalam rangka mensukseskan acara Kirab Satu Negeri (KSN) 2018, Pengurus Wilayah Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) meggelar kegiatan Apel Banser dan Doa untuk Bangsa. (FOTO: Istimewa)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Mantan Jubir Presiden Gus Dur, Adhie Massardi mengingatkan kepada Banser agar tidak ikut mengurusi para pendemo yang tak puas dengan hasil Pemilu 2019. Menurut Adhie, biarkan barisan pendukung Jokowi seperti Projo, Rejo dkk yang menghadapinya.

“Ada yang bertanya kepada saya terus bagaimana nanti di lapangan, apakah betul (para demonstran yang tak puas dengan hasil pemilu) akan berhadapan dengan Banser dengan kelompok-kelompok NU?,” ujar Adhie Massardi pada kesempatan diskusi di kawasan Tebet, Jakarta, 9 Mei 2019 lalu.

Adhie menjelaskan sekarang ini yang paling dicemaskan adalah akan adanya potensi benturan masyarakat sipil. Ia mengatakan jika memang betul ada masyarakat yang ingin menuntut kedaulatan lantaran tidak puas dalam pilpres, maka potensi konflik sipil kuat terjadi.

“Saya jelaskan begini, menurut saya sih, Banser tidak akan terlibat dalam konflik politik sekarang ini,” jelasnya.

Alasannya, lanjut dia, karena dalam kasus ini bukan urusan Banser dan bukan urusan warga Nahdliyin serta bukan pula urusan kyai-kyai NU. Adhie menegaskan, ini adalah murni persoalan pilpres. Di mana ada pihak yang merasa tidak puas karena adanya kecurangan.

Baca Juga:  AHY dan SBY Datang di Banyuwangi, Demokrat Obok-Obok Kandang Banteng

Jadi, di mana peran Banser untuk masuk, kata dia. Adhie kemudian bercerita, bahwa ia mengaku pernah bertemu dengan beberapa teman di Banser dan Ansor yang mengaku merasa sekarang ini dimusuhi masyarakat. Kemudian ada lagi ia bertemu dengan seorang tukang parkir, dia bilang mengaku cemas dengan situasi sekarang.

“Dia (tukang cukur) bilang, kita ini kan Banser dibekali ilmu bela diri sama senior kita untuk menjaga kyai yang mengamalkan kaidah-kaidah ahlussunnah wal jamaah, jadi dia cemas karena sebagian di antara teman-temannya ada yang berpihak kepada salah satu paslon.

“Di medsos, saya ingatkan bahwa ini bukan perang Banser, apalagi Nahdliyin untuk turun, karena ini persoalan politik,” jelasnya.

“Saya jelaskan juga dulu waktu Gus Dur Presiden, saya ada di dalam situ, ketika dapat tekanan koalisi politik yang ingin Gus Dur (lengser) dan menjadikan Megawati sebagai pengganti Gus Dur. Tahun 2001 mungkin, ada rapat di rumahnya Megawati yang akan mengakhiri pemerintahan Gus Dur dan kemudian memang besoknya ada sidang istimewa. Dan Gus Dur digusur digantikan oleh Megawati,” kisahnya.

Baca Juga:  Jamin Suntik 85 Persen Suara, Buruh SPSI Jatim Dukung Khofifah Maju Pilgub

Pada saat menjelang panas-panas itu, Adhie melanjutkan, memang ada masyarakat Nadliyin di pesantren-pesantren serta banyak Banser juga turun ke Jakarta kala itu, di mana maksudnya untuk membela Gus Dur. Tapi Gus Dur cemas.

Gus Dur melihat itu bukan ranahnya Banser, masuk ke dalam politik. “Ini urusan politik, politik urusan saya,” ujar Adhie menirukan Gus Dur.

“Jadi maksudnya begini, waktu Gus Dur aja dulu tertekan secara politik, Gus Dur tidak mengijinkan ada Banser ikut-ikutan di dalam pertarungan politik,” imbuhnya.

Sekarang ini, lanjut Adhie, pemerintahannya juga bukan tokoh besar NU, mengapa pula Banser ikut-ikutan.

“Saya yakin bahwa (Banser) tidak akan ikutin karena ini memang bukan ranahnya dia, dan saya jelaskan juga ke teman-teman Banser itu bahwa ini bukan ranahnya Banser. Ini persoalan Pemilu, ini persoalan politik, jadi kalau ada apa-apa dengan 01, biarlah mereka pakai jaringan mereka. Mereka punya pasukan yang namanya Projo, ada yang namanya Relawan Jokowi dan lain-lain. Suruh aja mereka yang maju, kenapa harus Banser?,” tegasnya.

Baca Juga:  Ketum Gernas GNPP Prabowo Gibran, Anton Charliyan berbaur dalam Acara Kampanye Akbar di GBK Senayan

Alasannya, menurut Adhie, karena selama ini yang lebih banyak bergerak di kubu 01 adalah kelompok Projo dan Relawan-relawan Jokowi.

“Jadi jangan sampai. Saya bilang kepada teman Banser. Yang dijadikan komisaris-komisaris itu kan dari kelompok Projo dan relawan. Ketika berhadapan situasi politik dengan rakyat, kenapa harus Banser yang maju, suruh aja mereka,” ujar Adhie.

“Jangan enak-enak jadi komisaris, kemudian yang bertarung Banser diajukan. Ini nggak bener,” cetusnya.

“Memang, Kyai Ma’ruf sesepuh kita, tetapi kan dia maju bukan utusan dari NU, jadi tidak ada kewajiban bagi NU untuk membela mati-matian. Gus Dur aja yang dulu pemimpin NU, saat Gus Dur disingkirkan oleh Megawati kan, Gus Dur juga tidak minta tolong NU,” sambung Adhie.

Jadi, kata Adhie, NU tidak usah ikut-ikutan soal situasi politik sekarang. Biarkan yang mengurusi para pendemo pihak berwajib. Ada Polisi dan TNI. Tugas Banser adalah menjaga kyai-kyai NU yang mengamalkan kaidah-kaidah ahlussunah wal jamaah.

“Kenapa sekarang harus ikut-ikutan dan ini tidak ada alasan,” tandasnya.

Pewarta: Romadhon
Editor: Eriec Dieda

Related Posts

1 of 3,056