NUSANTARANEWS.CO, Moskwa – Bank Dunia berharap 2021 harga minyak dunia naik menjadi US$ 44 per barel. Situasi pandemi diperkirakan masih akan berdampak berkepanjangan pada konsumsi minyak global. Menurut Bank Dunia, pandemi Covid-19 masih akan menekan konsumsi minyak di bawah level pra-pandemi pada tahun depan. Konsumsi minyak diperkirakan tetap sekitar 5 persen lebih rendah dibandingkan pada 2019.
Bank Dunia memperkirakan harga minyak akan naik menjadi US$ 44 per barel pada 2021 dan menjadi US$ 50 pada 2022, dalam sebuah Laporan Ekonomi Rusia terbaru pada hari Rabu.
Anggaran federal Rusia mencatat defisit dalam sepuluh bulan pertama tahun 2020, dibandingkan dengan surplus untuk periode yang sama tahun 2019, karena pengeluaran yang lebih tinggi untuk mengatasi pandemi dan kebutuhan untuk mendukung ekonomi dalam menghadapi pendapatan minyak dan gas yang lebih rendah, kata Bank Dunia. Pendapatan minyak dan gas Rusia merosot 35,2 persen dari tahun ke tahun antara Januari dan Oktober 2020, didukung oleh jatuhnya harga minyak dan berkurangnya produksi minyak karena pakta OPEC +.
“Rubel yang lebih lemah tidak dapat sepenuhnya mengkompensasi jatuhnya harga minyak dan jatuhnya aktivitas ekonomi,” kata Bank Dunia.
Para ahli Bank Dunia menganggap durasi dan tingkat keparahan pandemi di masa depan, termasuk kecepatan pengembangan dan pendistribusian vaksin yang dianggap aman dan efektif, sebagai risiko utama perkiraan harga.
“Peningkatan lebih lanjut dalam tingkat infeksi yang mengakibatkan penguncian yang lebih ketat dan pengurangan perjalanan akan mempengaruhi permintaan minyak secara signifikan lebih dari komoditas lain. Di sisi lain, jika vaksin dikembangkan dan didistribusikan lebih cepat daripada yang diantisipasi saat ini, konsumsi minyak dapat melihat pemulihan yang lebih kuat. pada 2021,” menurut laporan itu. (AS)