Puisi

Bait Selembar Daun, Puisi Lutfia Alimu Khoerulia

bait, selembar daun, puisi, lutfia alimu khoerulia, kumpulan puisi, nusantaranews
ILUSTRASI – Selembar Daun. (Foto: NUSANTARANEWS.CO/Eriec Dieda)

Bait Selembar Daun

Di tepi jalan setapak
Aku tersara bara oleh sebilah tongkat yang berkarat
Pada malam-malam yang semakin bersekat
Membawaku pada memorabilia yang pekat
Pada lelungit yang berkobar hebat
Sajak-sajakku merapuh
Tersabur kata-kata, lumpuh
Langkahku menapak berselimut peluh
Mempuisikan jiwa yang lusuh, keruh
Aku tersekap, dirangkul seonggok debu yang mengepul
Meringkuk pada kebengisan yang amburadul
Bait kepura-puraan seketika menyembul
Mengisyarat makna tahayul
Ada hujan dijemala tuan
Jatuh, menyapa daun-daun yang berguguran
Berisi keluhan klasik yang membosankan
Kukira ia hanya angin yang kesetanan
Yang terkikis di bilik pelataran

Purwokerto, 05 April 2019

 

 

Sumpah Serapah Para Jin Botol

Mak, kenapa rumah kita seronyok ini mak?
Potongan kardus hangat penghantar tidur yang mulai lusuh, usang termakan janji-janji manis
Nyanyian jangkrik dan nyamuk-nyamuk bersautan membuatku enggan tidur
Desiran air bekas utahan keserakahan menambah merdunya malamku di pelataran toko di tengah pasar semalam
Mak, kenapa begini mak?
Sepotong kain goni buluk sebagai penghangat tubuh penuh polusi
Kabu kempis terbungkus plastik jentaka sebagai alas rambut dura wadah mimpi-mimpi dan harapan
Mengharap uluran tangan sang dermawan membebaskan dari belit kesulitan
Mak, macam ini suraloka kita yang terdampar di lembah kemiskinan?
Mak, sampai kapan kita hidup di ruang ketidakadilan ini mak?
Huru-hara dan kekacauan jiwa yang selalu kita saksikan dari para jin botol itu
Perdebatan dan perkelahian hasrat yang selalu mereka pertontonkan di mata sayu ini
Penistaan dan pendustaan publik yang akhirnya terlahir dari celotehan indah mereka
Lihatlah, mak!
Bualan yang mereka sajikan begitu mempesona, mulut liar penuh calar menyuarakan hiburan-hiburan nestapa,sarat akan kanastrofe
Asumsiku lebih banyak anomali yang tersiar
Kenapa mak? Botol elit yang berasal darimu kau berikan untuk wadah bunga tidur mereka saja?
Aku pun ingin hidup layak seperti jin botol itu walau hanya di bunga tidurku,
Aku ingin hidup dibawah naungan cinta, bukan sekadar koalisi, konglomerasi

Purwokerto, 05 April 2019

 

 

Ampas-ampas Afeksi

Sudah kubilang aku tak suka es kopi
Tapi masih saja ku minum karena kau yang menyajeni
Satu gelas dua gelas seteguk lagi
Pada sebuah kedai kau paksa aku tuk mencicipi
Kau memang pandai merayu
Meruntas kelu, hingga aku lupa tengah menunggu
di balik bisu
Rasa-rasanya ada rona di pipiku
Napasmu menyesap, menderu dalam lumbung penuh afeksi
Terikat lekat, rekat sarat intensi
Lalu bagaimana lagi?
Apa harus kuhabisi ampas-ampas pemersatu abadi?

Purwokerto, 05 April 2019

 

 

 

Tentang penulis: Lutfia Alimu Khoerulia, kelahiran Cilacap 02 November 1997, domisili di Karangpucung, RT 02 RW 07, Kab. Cilacap, Jawa tengah. Alamat sosmed IG_ @lutfiia02

Related Posts

1 of 3,052
  • slot raffi ahmad
  • slot gacor 4d
  • sbobet88
  • robopragma
  • slot gacor malam ini
  • slot thailand