NUSANTARANEWS.CO, Washington – Amerika Serikat keluar dari pakta global tentang traktat perubahan iklim yang disepakati di Paris 2015 silam. Kepada Reuters, sebuah sumber memberi konfirmasi mengenai keputusan mengejutkan tersebut.
Langkah cukup mengejutkan ini dinilai sebagai keputusan yang berpotensi memperdalam keretakan As dengan negara-negara sekutu. Sebagai konsekuensinya, AS harus memperkuat basis dukungannya terhadap keputusan ini.
Sejak awal, Trump memang menunjukkan gelagat AS tidak mendukung perjanjian yang ditandatangani sedikitnya 200 negara itu. Padahal, AS menyumbang emisi sebesar 12% di seluruh dunia. Atau Amerika Serikat adalah penghasil karbon dioksida terbesar kedua di dunia di belakang Cina. Traktat Iklim Paris merupakan langkah untuk membatasi pemanasan global sampai berada di bawah 2 derajat celcius.
Trump sendiri dalam suatu kesempatan menyebut pemanasan global sebagai sebuah tipuan belaka. Trump menolak untuk menyetujui kesepakatan perubahan iklim tersebut pada pertemuan puncak kelompok negara kaya G7 pada hari Sabtu, dengan mengatakan bahwa ia memerlukan lebih banyak waktu untuk memutuskannya.
Keputusan mengejutkan Trump ini akan menempatkan Amerika Serikat bersama Suriah dan Nikaragua sebagai negara-negara non peserta di Perjanjian Iklim Paris. Dan pada 2015 silam, AS sebenarnya berkomitmen untuk mengurangi emisinya sebesar 26 sampai 28 persen pada 2025 mendatang.
Adalah Axios news outlet, yang pertama kali melaporkan penarikan AS dari Perjanjian Iklmi Paris tersebut. Dikatakan, rincian penarikan tersebut sedang dikerjakan oleh tim yang mencakup Administrator EPA Scott Pruitt. Pilihannya adalah antara penarikan resmi yang bisa memakan waktu tiga tahun atau meninggalkan perjanjian U.N. dalam waktu secepat-cepatnya.
Dikatakan, keputusan untuk menarik diri dari kesepakatan iklim dipengaruhi oleh sebuah surat dari 22 senator Partai Republik Amerika Serikat, termasuk Pemimpin Mayoritas Mitch McConnell, yang meminta sebuah jalan keluar, Axios melaporkan. (ed/rt)
Editor: Eriec Dieda