Arah Perubahan Strapol dan Strahan di Asia Pasifik

Peta geopolitik Indonesia. Foto: Wikimedia

Peta geopolitik Indonesia. Foto: Wikimedia

Saat perang dingin praktis dunia terbagi menjadi tiga bagian utama. Dua bagian terbagi atas dasar garis belah ideologi Timur-Barat, sedang satu bagian lagi adalah Gerakan Non Blok (GNB). Blok Timur mengikuti ideologi Sosialisme-Komunisme dan strapol serta strahannya dipimpin oleh Uni Soviet dan China. Blok Barat mengikuti ideologi Liberalisme-Kapitalisme dan strapol serta strahannya dipimpin oleh USA dan UK. Sedangkan GNB bukan bagian dari bolok Timur-Barat dan tidak berdasarkan garis belah ideologi, kecuali ideologi negaranya masing-masing. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram satu sebagai berikut ini.

Diagram Blok Barat

Strapol dan strahan perang dingin berhasil dimenangi oleh blok Barat pimpinan USA-UK mengalahkan blok Timur pimpinan Uni Soviet-China. Sedangkan lokasi atau pusat strapol dan strahan perang dingin terletak di Atlantik Utara.

Pasca perang dingin blok Timur-Barat, pusat strapol dan strahan begeser dari Atlantik Utara ke Asia Pasifik secara perlahan-lahan tetapi pasti. Meskipun demikian bahwa strapol dan strahan tetap mengikuti garis belah ideologi mirip ketika sedang perang dingin berlangsung. Blok Timur masih dipimpin China (mungkin plus Rusia dan Iran). Sedangkan blok Barat tetap dipimpin oleh USA-UK. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram dua sebagai berikut ini.

BLOK USA

Strapol dan strahan blok Barat di Asia Pasifik khususnya dan global pada umumnya, di bawa pimpinan USA-UK. Instrumen penekannya adalah demokrasi dengan faktor penguat militer. Begitu pula dengan strapol dan strahan “blok Timur” menggunakan instrumen Kapitalisme dengan faktor penguat militer.

Sejak bergesernya strapol dan strahan di kawasan Asia Pasifik hingga tahun 2050, kawasan Asia Pasifik menjadi kawasan perlombaan strapol dan strahan antara USA-China.

Perlombaan itu diketahui melalui beberapa informen kunci (KSAU, Syarifudin Tippe, Hasjim Djalal, Menkopolhukam, Athan Australia, Athan India, Prof. Indria Samego, Andi Wijayanto, Chappy Hakim, Sayidiman Suryohadiprodjo, Purbo Suwondo, Gubernur Lemhannas, Hasan Klieb dan seterusnya) dalam penelitian yang menggunakan metode pengumpulan data grounded theory. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik satu sebagai berikut ini.

Pencapaian pembangunan strapol dan strahan USA di Asia Pasifik dari tahun 2013 sampai dengan 2050

Grafik satu di atas menjelaskan established pencapaian pembangunan strapol dan strahan USA di Asia Pasifik dari tahun 2013-2050. Bahwa pada tahun 2025 mencapai 100 % dan pada tahun 2050 sudah mencapai 200 %. Jadi kekuatan strapol dan strahan USA di kawasan Asia Pasifik tak tertandingi. China masih ketinggalan jauh. Untuk itu dapat dilihat pada grafik dua sebagai berikut ini.

Pencapaian pembangunan strapol dan strahan China di Asia Pasifik dari tahun 2013 sampai dengan 2050

Grafik dua di atas menjelaskan pencapaian pembangunan strapol dan strahan China di kawasan Asia Pasifik dari tahun 2013 hingga tahun 2050. Bahwa pada tahun 2025 pencapaian strapol dan strahan China 25 % dan pada tahun 2050 baru mencapai 100 %. Jadi tertinggal 100 % dari pencapaian pembangunan strapol dan strahan USA. Dengan kata lain China tertinggal 37 tahun pencapaian pembangunan strapol dan strahannya.

Antara tahun 2013-2050 karena Indonesia konsisten dengan politik luar negeri bebas aktif dan sebagai anggota GNB, persis berada di tengah-tengah teman dan musuh yang semakin kuat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram tiga sebagai berikut ini.

Diagram: Indonesia di antara teman dan musuh

Diagram tiga di atas menggambarkan peta posisi teman dan musuh Indonesia dari tahun 2013-2050. Negara-negara teman USA, India, dan Rusia. China, Asia Timur, dan 5 negara persemakmuran Inggris adalah musuh. Sedangkan semua negara di kawasan Asia Pasifik adalah lingstra abu-abu dalam pembangunan strapol dan strahan bagi Indonesia.

Sedangkan titik berat strapol dan strahan di kawasan Asia Pasifik pesis terletak pada USA dan China. Pada mana antara tahun 2013 hingga tahun 2050, kekuatan strapol dan strahan USA-China senantiasa terjadi “Ungkat-Ungkit”. Pada tahun 2013 hingga tahun 2050 titik berat strapol dan strahan masih berada pada USA. Meskipun Rusia dan Iran akan bergabung dengan China. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik tiga sebagai berikut ini.

Grafik tiga menjelaskan bahwa pencapaian pembangunan strapol dan strahan persis berada pada USA dengan capaian 200 % pada tahun 2050. Sementara China hanya mencapai kekuatan strapol dan strahan 100 % pada tahun 2050. Capaian kekuatan yang berbeda 100 % itu ditunjukkan oleh garis penuh yang menyilang dari titik “Ungkat-Ungkit” 200 % (USA) menuju titik “Ungkat-Ungkit” 100 % (China). Titik “Ungkat-Ungkit” garis semu hanya bisa dicapai oleh China manakala USA diam.

Dengan demikian maka China akan mencapai titik “Ungkat-Ungkit” menyilang dari titik 200 % (China) menuju titik “Ungkat-Ungkit” 100 % (USA). Sedangkan menurut teori keseimbangan strapol dan strahan di Asia Pasifik hanya akan tercapai mana kala kedua garis silang (penuh dan semu) titik imbang strapol dan strahan tatkala menyatu dengan garis titik imbang.

Posisi Indonesia

Dengan demikian maka Indonesia bisa mengambil peran sebagai negara penyeimbang strapol dan strahan di Asia Pasifik. Di samping itu Indonesia dapat mengambil manfaat dari perlombaan kekuatan strapol dan strahan antara USA-China. Dengan kata lain Indonesia tidak perlu khawatir dengan kekuatan kedua negara USA-China, berhubung keduanya memiliki ketergantungan SDA untuk kepentingan dinamika industrialisasi kedua negara itu.

Fungsi penyeimbang Indonesia dan manfaat dari perlombaan strapol dan strahan USA-China, Indonesia dapat membangun tiga faktor penting. Pertama, membangun strapol dan strahan terkuat ketiga di kawasan Asia Pasifik setelah USA dan China. Kedua, Indonesia dapat memantau dinamika strapol dan strahan USA-China dengan jelas, berhubung strapol dan strahan China tertinggal 37 tahun dari USA.

Sedangkan USA diam menunggu dinamika strapol dan strahan China atau terus membangun strapol dan strahannya. Ketiga, Indonesia bisa menghindari “strategi terjepit” dari kedua kekuatan strapol dan strahan USA-China baik dalam situasi damai maupun dalam situasi perang.

Oleh: M.D. La Ode, Peneliti adalah Direktur Eksekutif CISS

Exit mobile version