Ekonomi

Ancam Harga Gula Petani, Dewan Jatim Sayangkan Gula Impor Masuk Saat Musim Giling

Ancam harga gula petani, Dewan Jatim sayangkan gula impor masuk saat musim giling.
Ancam harga gula petani, Dewan Jatim sayangkan gula impor masuk saat musim giling. Anggota Komisi B DPRD Jatim Subianto, Jumat (15/5).

NUSANTARANEWS.CO, Surabaya – Ancam harga gula petani, Dewan Jatim sayangkan gula impor masuk saat musim giling. Anggota Komisi B DPRD Jatim Subianto mengaku prihatin atas masuknya tebu impor ke Jatim melalui pabrik gula (PG) Pesantren Baru di kabupaten Kediri.

Yang menjadi alasan keprihatinan politisi Demokrat tersebut adalah saat masuk ke Jatim bersamaan dengan musim giling yang akan jatuh pada tanggal 2 Juni mendatang. “Gula impor jumlahnya 26.700 ribu ton yang akan masuk ke PG Pesantren Baru Kediri. Ini jelas mengancam gula milik petani,” jelasnya di Surabaya, Jumat (15/5).

Dikatakan oleh Subianto, sebenarnya untuk kebutuhan gula di Jatim selama tiga bulan kedepan sudah tercukupi oleh Pabrik Gula (PG) KTM (Kebun Tebu Mas) di kabupaten Lamongan.

Sesuai surat Sekda Nomor 510/1645/125.1/2020 tanggal 11 Maret 2020 mengenai stabilitas harga dan ketersediaaan gula diketahui bahwa kebutuhan gula Jatim ada 35.500 ton perbulannya. Sedangkan Persediaan sampai 10 Maret 2020 mencapai 39.000 Ton dan kebutuhan 11 Maret sampai dengan akhir Mei (3 bulan X 35.500) diketahui mencapai 93.666 ton.

Baca Juga:  Mobilisasi Ekonomi Tinggi, Agung Mulyono: Dukung Pembangunan MRT di Surabaya

Berdasarkan kebijakan gubernur Jatim soal importasi Raw Sugar menjadi gula konsumsi dan pabrik gula  agar dialokasikan atau didistribusikan  hanya ke wilayah Jatim antara lain, PT Kebun Tebu Mas (KTM) sebesar 50.000 ton, PT Rejoso Masnis Indo sebesar 20.000 ton dan PT Kebonagung 21.422 ton dengan total keseluruhan mencapai 91.422 ton.

Pria asal Kediri ini mengatakan seharusnya gula impor tersebut digiling sebelum masuk musim giling. ”Kalau sekarang bersamaan digiling dengan gula petani, tentunya yang kalah gula petani. Yang jelas petani terkena dampaknya,” lanjutnya.

Petani saat ini, kata Subianto menginginkan harga mencapai Rp 10.500 ditingkat petani. ”Sedangkan untuk HPP (Harga Pokok Penjualan) petani menginginkan harga mencapai Rp 11.200 ditingkat distributor. Namun, dengan harga tersebut tiba-tiba muncul gula impor tentunya harga petani tersebut akan jatuh,” jelasnya.

Subianto mengatakan bahwa saat ini pihaknya masih menunggu perkembangan dari peredaran gula impor tersebut. ”Kami mau bertanya kemana. Kalau pergi ke Jakarta tentunya tak mungkin ditengah pandemi Covid-19. Kami hanya bisa menyayangkan gula impor tersebut masuk,” jelasnya dan menambahkan, “Semoga tak ada gula masuk ditengah musim giling.” (Setya/ed. Banyu)

Related Posts

1 of 3,050