Puisi Arif Tanjung Pradana
Puan
Perempuan itu berlarian dengan kata-katanya sendiri; memanjang kepada mata mawar yang telah menua. Tubuhnya mengeras dan tersapu suara menggema yang entah dari siapa. Gerimis mengancam matanya yang berkaca-kaca dan terpercik tajam ke empat penjuru mata angin.
Tiba-tiba ia merasa asing dalam waktu yang hening; dengan derai di sekelilingnya.
Ambisi
Kematian mengawali cerita tentang ambisi, kehormatan, dan dendam yang tak pernah usai. Teka-teki kehidupan selalu berpaling kepada adab yang purba. Bercak darah menyayat pandangan yang perlahan memutih. Perhelatan perihal ambisi adalah keteduhan hati. Pertikaian akan kehormatan adalah kerusuhan jiwa. Dan, dendam yang tak pernah usai adalah tagihan-tagihan yang menumbuh-kembangkan perasaan.
Baca Juga:
- 5 Puisi Cinta Paling Menggairahkan Karya Rendra buat Sunarti
- Merinding, Ini Puisi-Puisi Kematian Karya Penyair Indonesia
- Enam Puisi Natal Penebar Damai di Bumi
Simak di sini: Puisi Indonesia
Arif Tunjung Pradana, lahir pada 16 Juli 1997 dan besar di tanah kelahirannya Wonogiri, Jawa Tengah. Mengenyam pendidikan di Universitas Sebelas Maret.
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resinsi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: redaksi@nusantaranews.co atau selendang14@gmail.com.