NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Angkatan Laut India dan Perancis meningkatkan latihan militer bersama di jalur pelayaran strategis Samudra Hindia.
India dan Perancis mulai khawatir dengan kekuatan ekonomi China yang terus berkembang pesat dan klaim teritorialnya yang telah menyebabkan ketegangan terus menerus di Laut China Selatan.
Laksamana Muda Oliver Lebas, seperti dikutip AFP mengungkapkan bahwa latihan bersama India dan Perancis dalam rangka menjaga stabilitas kawasan strategis, terutama di jalur perdagangan internasional.
Diketahui, sebagian besar jalur perdagangan antara Asia, Eropa dan Timur Tengah, khususnya minyak, berlangsung di seberang lautan. Sementara, kata Oliver, kabel komunikasi internet mengangkangi dasar laut yang kaya akan minyak dan gas.
Seperti dilaporkan AFP, Angkatan Laut Perancis mengerahkan kapal induk Charles de Gaulle yang merupakan kapal unggulan AL Perancis dan kapal perang terbesar Eropa Barat. Kapal ini berkapasitas 42.000 ton dan salah satu kapal perang terbesar dari 12 unit milik AL Perancis.
Selain kapal induk Charles de Gaulle, dikerahkan juga kapal selam untuk memfasilitasi peserta dari enam negara dalam latihan tahunan ke-17 di lepas pantai India, Goa. Latihan ini disebut Perancis sebagai latihan bersama terbesar sejak 2001 silam. Sejumlah unit jet tempur Rafale diluncurkan dalam latihan ini yang memekakkan telinga saat mengaum di landasan pacu sepanjang 261 meter.
India sendiri menyadari tengah menghadapi bayang-bayang China yang aktif mengerahkan kapal peran dan kapal selam di sepanjang jalur pelayaran dan pembangunan jaringan infrastruktur komersial yang merupakan bagian dari insiatif Belt and Road yang sangat ditentang oleh India selama ini.
Perancis memandang, pembangunan jalur perdagangan China yang dikenal Jalur Sutra gagasan Presiden Xi Jinping meliputi Samudra Hindia. “Ini adalah strategi yang diterapkan terutama ekonomi dengan tujuan ganda,” Laksamana Muda, Didier Malterre.
Meski Malterre tidak menyebutkan secara rinci tujuan dari latihan bersama India, namun pihaknya mengendus ada skenario dalam 10-15 tgahun mendatang yang dapat menimbulkan ketegangan, khususnya di Samudra Hindia, persis seperti yang kini tengah terjadi di Laut Cina Selatan.
(eda)
Editor: Eriec Dieda